Korea Utara Sebut Latihan Militer AS, Jepang, dan Korea Selatan sebagai 'NATO Asia'

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 01 Juli 2024 | 01:00 WIB
Latihan perang (pixabay)
Latihan perang (pixabay)

SinPo.id -  Korea Utara pada Minggu 30 Juni 2024, mengecam latihan militer gabungan yang dilakukan oleh Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat (AS), dan menyebutnya sebagai "NATO versi Asia." Pyongyang memperingatkan kepada aliansi tersebut atas "konsekuensi fatal".

Kecaman tersebut terjadi sehari setelah sekutu menyelesaikan latihan dalam bidang rudal balistik dan pertahanan udara, perang anti-kapal selam, dan pelatihan siber defensif selama tiga hari. Latihan tersebut dijuluki “Freedom Edge.”

Para pemimpin AS, Korea Selatan dan Jepang sepakat pada pertemuan puncak trilateral pada tahun lalu untuk menggelar latihan rutin setahun sekali sebagai tanda persatuan dalam menghadapi ancaman nuklir Korea Utara dan meningkatnya pengaruh regional China.

"

Kami mengecam keras… tindakan militer yang provokatif terhadap DPRK,” kata Kementerian Luar Negeri Pyongyang dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita pemerintah KCNA pada Minggu (30/6). DPRK adalah nama resmi Korea Utara.

“Hubungan AS-Jepang-Korsel telah terlihat seperti NATO versi Asia,” ujar Pyongyang, sambil memperingatkan “konsekuensi fatal”.

“DPRK tidak akan pernah mengabaikan langkah AS dan para pengikutnya dalam memperkuat blok militer.”

Dalam latihan itu, Washington menurunkan kapal induk bertenaga nuklir USS Theodore Roosevelt, sementara Tokyo mengeluarkan kapal perusak berpeluru kendali Tokyo JS Atago, dan jet tempur KF-16 milik Seoul.

Pyongyang selalu menyebut latihan gabungan serupa sebagai latihan invasi.

Sementara itu, kedua Korea terjebak dalam aksi saling kirim balon dalam beberapa pekan terakhir. Pyongyang mengirimkan balon-balon berisi sampah ke arah selatan sebagai pembalasan atas misi serupa yang dikirim ke utara dari Korea Selatan yang membawa propaganda pro-Seoul.

Korea Selatan juga semakin cemas atas hubungan Korea Utara yang semakin hangat dengan Rusia.

Korea Utara dianggap melanggar pembatasan senjata dengan mengirim senjata ke Rusia untuk digunakan dalam konflik di Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan pemimpin Kim Jong Un di Pyongyang bulan ini untuk menunjukkan solidaritas. [ah/ft]

BERITALAINNYA
BERITATERKINI