Mendag Lepas Ekspor Baja Lapis ke Tiga Negara

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 23 Juni 2024 | 15:11 WIB
Mendag Zulkifli Hasan melepas ekspor produksi baja. (SinPo.id/Kemendag)
Mendag Zulkifli Hasan melepas ekspor produksi baja. (SinPo.id/Kemendag)

SinPo.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan Liaa Zulhas melepas ekspor delapan kontainer produk baja lapis tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico. Ekspor ini merupakan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha dalam mendorong peningkatan kinerja ekspor non-migas Indonesia.

"Memang, kita kalau mau jadi negara maju harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, (produk) UMKM (yang diekspor) saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri berteknologi tinggi,” kata Zulhas dikutip pada Minggu, 23 Juni 2024.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu mencatat, dalam lima tahun terakhir, permintaan produk baja dari importir di Kanada dan Australia, terus meningkat, masing-masing sebesar 16,94 persen dan 14,72 persen.

Zulhas berharap, melalui ekspor baja lapis ini dapat mengurangi defisit perdagangan di Indonesia. Sebab, Indonesia banyak mengimpor produk dari Australia dan Kanada, yang membuat neraca dagang Indonesia terhadap kedua negara defisit. 

Lebih lanjut, Zulhas memastikan, pemerintah akan terus mendorong perluasan akses pasar produk Indonesia ke Australia dan Kanada, salah satunya dengan penyusunan perjanjian dagang.

Indonesia telah memiliki perjanjian dagang Indonesia-Australia CEPA, sementara perjanjian dagang Indonesia-Canada CEPA saat ini masih dalam tahap perundingan.

Ia pun mengapresiasi PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) sebagai produsen dan eksportir produk baja lapis tersebut, lantaran telah memanfaatkan peluang dan diversifikasi pasar ekspor serta menerapkan prinsip industri hijau dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing produk mereka.

"Mudah-mudahan ini memberikan tanda-tanda bahwa cita-cita kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa kita capai," ujarnya.

Vice President Operations PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi menyatakan dukungan pemerintah, perlindungan terhadap industri domestik, restrukturisasi industri keberlanjutan, serta inovasi dan adaptasi merupakan beberapa faktor pendorong pencapaian ekspor perusahaan yang baru berdiri pada 2019 lalu tersebut.

Ia menuturkan saat ini pihaknya baru dapat melakukan produksi sebesar 85 persen dari kapasitas dan 30 persen dari hasil produksi tersebut ditujukan untuk ekspor.

"Kontribusi penjualan ekspor adalah 25 persen hingga 30 persen dari total revenue. Hal ini membuktikan bahwa kualitas dan harga yang kami berikan kepada pasar global diterima dengan baik," ujarnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI