Hamas Pertimbangkan Terima Resolusi PBB untuk Gencatan Senjata

Laporan: Khaerul Anam
Kamis, 13 Juni 2024 | 02:48 WIB
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Jihad Islam Ziyad Al Nakhalal (SinPo.id/Reuters)
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Jihad Islam Ziyad Al Nakhalal (SinPo.id/Reuters)

SinPo.id - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengumumkan bantuan kemanusiaan tambahan senilai lebih dari 400 juta USD atau lebih dari Rp6,5 triliun untuk warga Palestina.

“Mari kita bekerja sama untuk memastikan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza, dan begitu sampai di Gaza, maka bantuan tersebut akan sampai ke tangan orang-orang yang paling membutuhkan," kata Blinken.

Hamas mengatakan mereka menginginkan amandemen terhadap rencana gencatan senjata yang didukung oleh AS, yang antara lain menukar sandera dengan warga Palestina yang berada dalam tahanan Israel.

“Kami berusaha setiap menit untuk memulangkan semua orang," kata Blinken.

Keinginan itu disampaikan beberapa jam setelah Blinken bertemu di Tel Aviv dengan anggota keluarga para sandera yang masih ditahan oleh Hamas.

“Mereka sangat gembira atas penyelamatan empat sandera beberapa hari yang lalu, tetapi mereka juga terus merasakan kesedihan mendalam karena perpisahan selamanya dengan orang-orang yang mereka cintai," ujar Blinken.

Kantor Urusan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Selasa, 11 Juni 2024, bahwa kedua pihak mungkin telah melakukan kejahatan perang sehubungan dengan penggerebekan yang membawa pulang keempat sandera tersebut.

Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, mengatakan lebih dari 200 warga Palestina tewas dalam operasi penyelamatan yang dilakukan oleh Israel tersebut.

Hamas menyekap para sandera di dua gedung apartemen. Operasi tersebut membutuhkan dukungan dari serangan udara Israel.

Jenderal Marinir (Purnawirawan) Frank McKenzie, mantan panglima Komando Pusat AS dan penulis buku baru, "The Melting Point", mengatakan kepada VOA bahwa penggunaan perisai manusia oleh Hamas telah mempersulit operasi Israel.

“Saya pikir Israel kurang berhasil dalam upaya mengejar pimpinan senior Hamas, karena mereka memilih untuk bersembunyi bahkan ketika para pejuang mereka berperang. Dan saya yakin mereka bersembunyi jauh di bawah tanah dengan perisai sandera Israel. Dan tentu saja, para sandera yang sesungguhnya di Gaza itu bukan hanya sandera Israel, tetapi juga penduduk Gaza itu sendiri. Hamas tidak tertarik untuk memindahkan warga dari medan pertempuran," kata McKenzie.

Ketika VOA bertanya mengenai akhir pertempuran yang dilakukan oleh Israel melawan Hamas, Jenderal Frank McKenzie mengatakan bahwa pertempuran itu bisa dimenangkan jika Israel dapat menyesuaikan tujuan perang yang masuk, dan tidak memerlukan pertempuran terus-menerus di dalam wilayah Gaza.

"Namun, mereka harus memastikan bahwa Hamas bukan bagian dari hal tersebut. Saya sangat bersimpati dengan pandangan Israel yang menyatakan bahwa Hamas harus dilenyapkan. Pada saat yang sama, saya pikir jika Israel menyatakan ingin memusnahkan Hamas, maka itu adalah target yang sangat tinggi karena Hamas adalah gerakan revolusioner. Jika mereka membunuh 99 pejuang Hamas, maka pejuang ke-100 akan menciptakan pertumpahan darah dan mendeklarasikan revolusi," kata McKenzie.

Jenderal McKenzie membayangkan pasukan yang dipimpin Arab dari negara-negara tetangga akan membantu menjaga perdamaian di Jalur Gaza setelah pertempuran saat ini selesai. Dan kemenangan sejati bagi Israel dan Palestina, katanya, memerlukan lebih banyak investasi global agar Gaza dapat dibangun kembali.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI