Atlet Difabel Terkena Diskriminasi Karena Diduga Tak Setorkan Potongan Bonus
Jakarta, sinpo.id - Organisasi National Paralympic Commitee of Indonesia (NPCI) Jawa Barat digugat oleh enam orang atlet penyandang disabilitas. Gugatan tersebut dilakukan adanya dugaan prilaku diskriminasi oleh lembaga tersebut.
"Ini hanya enam (atlet) yang menggugat, sebetulnya banyak namun mereka tak berani," ungkap salah satu kuasa hukum atlet, Kamaludin di Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/4/2018).
Gugatan dilayangkan karena NPCI diduga telah melakukan perbuatan diskriminasi terhadap atlet. Para atlet tersebut tidak diikutsertakan dalam seleksi ajang Asian Para Games 2018, karena, kata Kamaludin, atlet tidak memberikan uang kontribusi saat meraih bonus di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) Jabar tahun lalu.
Besaran uang yang diminta dari bonus yang didapatkan para atlet mencapai 25 persen dari bonus yang diberikan pemerintah. Adapun tiap atlet yang mendapatkan medali emas diberikan bonus sebesar Rp 230 juta, medali perak Rp 75 juta dan perunggu Rp 35 juta.
"Dalihnya uang kontribusi 25 persen itu untuk biaya pembangunan NPCI Jabar, padahal organisasi ini independen dan bukan partner dari pemerintah, mereka juga dapat bantuan, kan," ujar Kamaludin.
Kamaludin berharap, dengan dilayangkannya gugatan ini, pengadilan bisa memutuskan agar para atlet bisa ikut seleksi dan diberikan ganti rugi bagi mereka yang sudah menyetorkan uang kontribusi tersebut.
Dihubungi terpisah, Sekretaris NPCI Jawa Barat, Elon Carlan, mengatakan permasalahan ini sebetulnya telah berulang kali dimusyawarahkan. Justru ia menuding para atlet itu tidak menjalankan mekanisme organisasi yang telah disepakati.
Selain itu, menurutnya gugatan tersebut salah sasaran. Penyelesaian mengenai tidak diikutsertakan dalam seleksi Asian Para Games seharusnya dengan NPCI kabupaten/kota masing-masing.
"Atlet kan berangkatnya dari NPCI kabupaten/kota. Jangan sampai mereka protes tapi tidak tahu mekanismenya. Melewati gerbong langsung ke Jabar, kan enggak bisa," kata dia.
Saat disinggung mengenai uang kontribusi yang diminta, ia dengan tegas membantahnya. Menurut dia, tidak ada istilah kontribusi, hanya saja terdapat komitmen serta kesepakatan bersama antara atlet dan organisasi.
"Kontribusi itu sendiri sesuatu yang bisa dibilang ada tidak ada, kembali ke komitmen atlet dan organisasinya yang mereka ikrarkan sendiri. Kalau kontribusi tanya atletnya sendiri, yang berkomitmen, yang berjanji kan mereka sendiri," katanya.
Meski begitu, ia tetap membuka pintu bagi para atlet tersebut untuk kembali bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah yang mereka persoalkan. "Kata kuncinya, kami orang tuanya, jadi disikapi biasa-biasa saja (mengenai gugatan), karena mereka keluarga kami. Kami membuka diri untuk berdialog," kata dia.

