ID FOOD Terapkan Digitalisasi Rantai Pasok untuk Jaga Ketahanan Pangan
SinPo.id - ID FOOD menerapkan digitalisasi rantai pasok (supply chain innovation) dalam menjaga ketahanan pangan di kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian, inklusifitas bagi petani, peternak, nelayan, dan UMKM, dapat diwujudkan.
Direktur Supply Chain Management (SCM) dan Informasi Teknologi (IT) ID FOOD, Bernadetta Raras, menjelaskan digitalisasi menjadi kunci untuk menjaga ketahanan pangan, serta memastikan kelancaran pasokan dan distribusi bahan pangan.
“Digitalisasi rantai pasok sangat penting terutama untuk memitigasi kondisi kedaruratan dan pembatasan, seperti yang pernah terjadi terjadi saat pandemi Covid-19 lalu," kata Raras, dalam keterangan persnya, dikutip Jumat 24 Mei 2024.
"Saat itu kondisi produksi pertanian dan pergerakan rantai pasok pangan global terhambat sehingga mengakibatkan kelangkaan stok dan fluktuasi harga,” lanjutnya.
Menurutnya, digitalisasi rantai pasok di sektor pangan harus terus diperkuat. Mengingat di kawasan Asia Tenggara banyak petani dan pelaku usaha pangan menghadapi tantangan dalam menyampaikan produk mereka kepada konsumen, hingga membuat stok pangan terbuang.
“Penataan rantai pasok yang baik melalui digitalisasi dapat membuka seluas-luasnya akses bagi pelaku usaha pangan untuk mendistribusikan dan menjual produknya, serta mengurangi foodloss and waste dengan penguatan rantai pasok dingin,” ungkapnya.
Adapun digitalisasi rantai pasok yang dilakukan ID FOOD, seperti pengembangan platform Marketplace Warung Pangan yang merupakan pasar digital untuk menghubungkan pelaku usaha atau pemasok offline ke online.
Kemudian, ID FOOD juga menjalankan program Makmur yang bertujuan untuk memberikan bantuan intensif kepada para petani, seperti pendampingan budidaya pertanian berkelanjutan, pemanfaatan teknologi pertanian, pendanaan, keamanan melalui asuransi, dan kepastian penyerapan serta kepastian pasar.
“Program Makmur bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dengan target partisipasi sebanyak bagi 2,5 juta petani dan 300.000 ha lahan garapan pertanian," tuturnya.
"Dari sisi produktivitas dan pendapatan, program Makmur diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani sekitar 10 persen dan pendapatan hingga 15 persen,” kata Raras menambahkan.