KPAI Sebut Relasi Kuasa Jadi Penyebab Kekerasan Seksual Anak

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 23 Mei 2024 | 17:57 WIB
Ketua KPAI Ai Maryati Solihah (SinPo.id/ Dok. KPAI)
Ketua KPAI Ai Maryati Solihah (SinPo.id/ Dok. KPAI)

SinPo.id - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah mengungkapkan, angka kekerasan seksual terhadap anak mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

Dari 1.800 pengaduan pada 2023 terkait Pemenuhan Hak Anak (PHA) dan Perlindungan Khusus Anak (PKA), tercatat kasus kekerasan seksual paling tinggi untuk klaster PKA. Klaster ini mencakup beberapa bentuk kekerasan, diantaranya anak menjadi korban kejahatan seksual.

"Dari jumlah pengaduan itu ada pemenuhan hak anak yang bersifat non pidana, dan ada yag perlindungan khusus anak yang semuanya pidana. Nah, 60 persen dari sejumlah itu adalah kekerasan seksual," ujar Ai saat dikonfirmasi SinPo.id, Kamis, 23 Mei 2024. 

Ai menjelaskan, salah satu penyebab  penyebab utama meningkatnya angka kekerasan seksual terhadap anak, karena besarnya penyalahgunaan relasi kuasa.

"Kalau dilihat dari tren, penyebabnya beragam ya. Tetapi, yang paling banyak tercatat di KPAI itu penyalahgunaan relasi kuasa," kata Ai. 

Ai menyampaikan, masih banyak kasus kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh orang-orang terdekat di rumah, seperti orangtua. 

"Misalnya, orangtua yang terpisah karena istrinya pergi menjadi pekerja migran atau merantau, lalu suami melakukan kekerasan seksual pada anak kandung atau anak tirinya, itu juga terlaporkan ke kami banyak sekali," kata Ai.

Selain orangtua, kadang juga dilakukan oleh orang-orang yang dihormati, misalnya guru dan pemuka agama. Mereka kerap menggunakan terminologi perhatian, memberikan rukiah. 

"Itu menunjukkan bahwa relasi kuasa sangat besar dari orang yang disegani," ujarnya. 

Ai melanjutkan, penyalahgunaan informasi dan teknologi yang berkembang pesat saat ini juga menjadi pemicu meningkatnya angka kekerasan terhadap anak. Misal, orangtua yang kecanduan pornografi kerap melampiaskan hasrat seksual terhadap anak-anak.

"Jadi saya kira banyak sekali hal yang menjadi latar belakang. Namun, ini bisa dipengaruhi oleh pesatnya teknologi dan informasi yang disalahgunakan serta ketidakmampuan orang dalam mengelola emosi, mengelola munculnya hasrat seksualitas yang dipicu dari tontonan," kata Ai.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI