PBB dan Uni Afrika Diminta Bertindak Atas Kekejaman Pasukan RSF di Sudan

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 12 Mei 2024 | 07:00 WIB
Pasukan RSF di Sudan. Sumber: Getty Images
Pasukan RSF di Sudan. Sumber: Getty Images

SinPo.id -  Human Rights Watch (HRW) meminta PBB dan Uni Afrika untuk segera memberlakukan embargo senjata terhadap Sudan dan mengerahkan pasukan polisi yang kuat ke Darfur, wilayah luas di bagian barat negara tersebut, untuk melindungi warga sipil.

Pasalnya, berdasarkan 221 keterangan saksi yang dikumpulkan, pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) diketahui telah melakukan kekejaman dengan pembantaian besar-besaran terhadap warga sipil selama perang saudara di Sudan berlangsung.

Mereka tidak segan membunuh warga sipil yang berusaha melarikan diri dari amukan etnis di Darfur. Para saksi mata menggambarkan anak-anak yang masih hidup, ditumpuk dan ditembak oleh pasukan RSF saat berusaha melarikan diri dari ibu kota regional El Geneina pada bulan Juni tahun lalu.

“Dua pasukan RSF merebut anak-anak dari orang tua mereka dan, ketika orang tua mulai berteriak, dua pasukan RSF lainnya langsung menembaki anak-anak tersebut," kata Direktur Eksekutif HRW, Tirana Hassan, dilansir dari The Guardian, Minggu 12 Mei 2024.

“Kemudian mereka mengumpulkan anak-anak menembak mereka. Pasukan RSF juga  membuang mayat mereka ke sungai dan harta benda mereka menyusul," lanjutnya.

Tak hanya itu, pasukan RSF bahkan mengejar, menangkap dan menembak pria, wanita dan anak-anak yang berlari di jalan atau mencoba berenang di Sungai Kaja yang berarus deras.

HRW juga menyerukan sanksi bagi mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang yang meluas, termasuk komandan RSF Darfur Barat Abdel Rahman Joma'a Barakallah, bersama dengan komandan RSF yang terkenal kejam, Mohamed “Hemedti” Hamdan Dagalo, dan saudaranya Abdel Rahim.

Namun saat ini, titik konflik berada di El Fasher. Kota yang dikepung oleh pasuka RSF, dan membuat para diplomat khawatir kota tersebut berada di jurang pembantaian skala besar.

“Ketika dewan keamanan PBB dan pemerintah menyadari akan adanya bencana di El Fasher, kekejaman berskala besar yang dilakukan di El Geneina harus dilihat sebagai pengingat akan kekejaman yang bisa terjadi," ungkapnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI