Khtobah Salat Id di Istiqlal: Belajar dari Piagam Madinah, Kita Harus Bersatu

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 10 April 2024 | 10:35 WIB
Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma'ruf Amin Salat Ied di Masjid Istiqlal. (SinPo.id/dok. Setpres)
Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma'ruf Amin Salat Ied di Masjid Istiqlal. (SinPo.id/dok. Setpres)

SinPo.id - Khatib Salat Idul Fitri 1445 Hijriah di Masjid Istiqlal, KH Abd A'la Basyir mengimbau kepada seluruh umat Islam maupun non Islam, untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan, berpegang teguh pada nilai-nilai luhur sebagai sebuah bangsa. Hal ini dapat belajar dari Piagam Kota Madinah. 

Hal itu disampaikan Abdul dalam khotbah bertajuk "Meneguhkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa untuk Pembumian Syukur Transformatif atas Anugrah Ilahi" di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu, 10 April 2024. 

"Piagam Madinah sebagai Konstitusi Negara Kota Madinah, yang disusun oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, memperlihatkan dengan nyata kewajiban warga Madinah untuk menegakkan persatuan dan kesatuan. Dalam salah satu pasal Konstitusi Madinah disebutkan, Kaum non-muslim dari Bani Auf, adalah satu umat dengan kaum muslimin," katanya.

"Bagi kaum non-muslim agama mereka dan kaum muslimin agama mereka juga kebebasan ini berlaku bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat hal itu hanya akan merusak diri dan keluarga mereka," sambung Abdul. 

Dalam pasal lainnya di Piagam Madinah, lanjut Abdul, juga disebutkan  kewajiban membayar pajak yang sama antara umat Islam dan non-Islam di Madinah. 

Mereka juga diwajibkan untuk saling tolong menolong, terutama saat Kota Madinah menghadapi serangan musuh.

Belajar dari Piagam Madinah tersebut, tutur Abdul, sebuah bangsa yang beragam, baik suku, agama, dan lainnya, harus mengedepankan kesatuan dan persatuan, saling membantu satu sama lain. 

Di atas persatuan ini, kata Abdul, umat Islam yang harus didukung pada umat lain melakukan syukur transformatif dengan mengaktualisasikan anugrah yang diberikan Allah kepada program dan amal nyata. 

"Semua itu diarahkan dan ditujukan dalam rangka membangun peradaban yang bermakna dan memiliki manfaat signifikan bagi bangsa dan negara bahkan dunia global," pungkasnya.sinpo

Komentar: