Kemenag: War Takjil Jadi Bukti Keragaman Adalah Aset Bangsa

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 03 April 2024 | 12:26 WIB
Warga membeli takjil di sepanjang Jalan Panjang Kebon Jeruk untuk menu berbuka puasa (SinPo.id/ Ashar)
Warga membeli takjil di sepanjang Jalan Panjang Kebon Jeruk untuk menu berbuka puasa (SinPo.id/ Ashar)

SinPo.id - Juru bicara Kementerian Agama (Kemenag) Anna Hasbie mengatakan, fenomena beburu takjil atau war takji di bulan puasa Ramadan kali ini, merupakan sebuah bukti, keragaman di Indonesia sebagai aset  bangsa yang harus terus dipelihara. 

"Artinya, masyarakat Indonesia pada umumnya memandang keragaman itu sebagai sebuah aset. Jadi bukan sebuah hambatan dalam bermasyarakat," kata Anna saat dihubungi SinPo.id pada Rabu, 3 April 2024. 

Anna menilai, war takjil ini adalah salah satu perang yang menggembirakan bagi masyarakat yang ikut berburu makanan dan minuman khas di bulan puasa. 

"Jadi bukannya membuat menambah derita, tapi dia (war takjil) menambah kegembiraan sebetulnya. Jadi saya memandang positif dan ikut bergembira dgn adanya perang takjil ini," kata Anna. 

Kemenag, tutur Anna, sangat merasakan keharmonisan antar umat beragama dengan adanya war takjil ini, kendati berbeda keyakinan. 

"Ini adalah tanda bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang toleran dan sangat multi cultural. Jadi saya melihat ini sebagai hal yang positif," tukasnya. 

Diketahui, selama bulan puasa Ramadan 2024, banyak tren yang mendadak muncul. Salah satunya yaitu war takjil atau berburu takjil.

Tak hanya diikuti kaum muslim, para non muslim atau nonis rupanya juga tak mau ketinggalan. Meski para nonis tak menjalani ibadah puasa, tetapi juga ikut senang berburu takjil yang memang ada setiap bulan puasa.

Tren itu bahkan menarik perhatian karena dianggap lucu dan menghibur.sinpo

Komentar: