Oposisi Unggul di Pilkada Turki
SinPo.id - Turki memasuki lanskap politik baru pada Senin 1 April 2024 pascapemilu. Partai oposisi utama mempertahankan kekuasaan di kota-kota penting dan unggul besar di daerah-daerah lain.
Pemungutan suara tersebut dianggap sebagai barometer popularitas Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Kemenangan partai oposisi menjadi pukulan telak bagi Erdogan, yang mengincar kembali kendali di daerah-daerah perkotaan itu setelah kalah dari oposisi lima tahun lalu.
Erdogan mengakui kekalahannya dalam sebuah pidato di hadapan para pendukungnya di markas besar partainya pada Minggu 31 Maret 2024 malam.
“Kita tidak akan menentang keputusan bangsa kita, kita akan menghindari (upaya) menentang bangsa, bertindak melawan kehendak bangsa, dan mempertanyakan pilihan bangsa,” serunya.
Fatma Hanedar, pendukung Partai Keadilan dan Pembangungan (AKP) yang dipimpin Erdogan mengatakan, “Saya sangat terpukul dan kecewa karena hasilnya tidak sesuai harapan kami. Selama 20 tahun, segalanya melimpah dan sempurna. Kami berhasil melewati pandemi. Ada gempa bumi dan 11 provinsi hancur sekaligus. Bukankah semuanya telah dibangun kembali? Siapa yang membangun kembali? Orang yang memimpin kami, bukan?”
Sementara itu, Onur Hizmetci, seorang akuntan, mengatakan bahwa ia tidak memilih AKP untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir.
“Saya telah memberi suara untuk pemerintah sekarang selama 15 tahun. Kami tidak memilih mereka pada pemilu kemarin, jelas karena kondisi ekonomi dan janji-janji yang tidak ditepati,” kata Hizmetci.
Hasil penghitungan suara dari 90% kotak suara menunjukkan Walikota petahana Istanbul Ekrem Imamoglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) memimpin dengan selisih suara yang cukup jauh di Istanbul, kota terbesar dan pusat perekonomian Turki, demikian laporan kantor berita pemerintah Turki, Anadolu Agency.
CHP menang di 36 dari 81 provinsi di Turki, termasuk di lima kota terpadatnya. Sedangkan AKP yang berorientasi Islam, unggul di 24 provinsi.
Secara nasional, CHP merebut 37% suara, sedangkan AKP memperoleh 36%. Ini menandai kemenangan elektoral terbesar CHP sejak Erdogan berkuasa dua dekade lalu.
Imamoglu memenangkan 50,6% suara di Istanbul, sedangkan kandidat dari AKP, mantan Menteri Urbanisasi dan Lingkungan Hidup Murat Kurum memperoleh 40,5% suara, menurut Anadolu.
“Bangsalah yang memberi perintah dan instruksi, bukan satu individu. Para penguasa diperintah oleh bangsa. Era di mana hanya satu individu yang berkuasa telah berakhir, mulai hari ini. Republik dan demokrasi akan melaju dengan kecepatan penuh, mulai sekarang,” ujar Ekrem Imamoglu dalam pidato di hadapan para pendukungnya pada Minggu malam 31 Maret 2024
Berk Esen, analis politik dari Sabanci University, menyebut keberhasilan CHP yang berhaluan kiri-tengah dalam pemilu lokal di Turki sebagai “kemenangan yang fenomenal.”
“Saya rasa para pemilih Turki mengirim pesan yang jelas kepada Erdogan: ‘cukup sudah’. Dan meskipun mayoritas pemilih mendukung Erdogan dalam rangkaian pemilu dalam 20 tahun terakhir, Erdogan tidak lagi memenuhi harapan mereka,” papar Esen.
Erdogan telah menjadi presiden Turki sejak 2014 dan memenangkan masa jabatan baru pada Mei tahun lalu. Meski ia mendominasi kampanye, peran pribadinya tidak lantas membantu mengatasi keprihatinan warga Turki yang semakin meningkat atas situasi ekonomi di negara itu. [br/ka]