Fenomena 'War Takjil', Romo Benny: Perwujudan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 27 Maret 2024 | 14:42 WIB
Rohaniawan Katolik Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny. (SinPo.id/Antara)
Rohaniawan Katolik Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny. (SinPo.id/Antara)

SinPo.id - Rohaniawan Katolik Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny menilai, ramainya fenomena berburu takjil atau war takjil menjelang berbuka puasa, merupakan perwujudan persaudaraan masyarakat Indonesia yang sudah tumbuh sejak ratusan tahun. Dimana, kegiatan-kegiatan keagamaan menjadi kegembiraan bagi setiap umat beragama di Indonesia. 

"Ini bentuk dari perwujudan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Di mana masing-masing umat beragama saling menghargai perbedaan, menerima perbedaan, tetapi juga disitu mewujudkan keberbedaan lewat solidaritas kesetiakawanan dan kebersamaan," kata Romo Benny saat dihubungi SinPo.id pada Rabu, 27 Maret 202. 

"Sehingga, peristiwa saudara-saudara kita yang berbeda keyakinan dalam menyambut bulan puasa adalah bentuk ekspresi dari nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan sebagai bangsa dan negara," sambungnya. 

Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini menganggap, nilai-nilai gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Dampak positif nya ialah terciptanya kerukunan, meskipun Indonesia terdiri dari 714 suku, bangsa, dan juga keyakinan yang berbeda. Namun, dengan keragaman itu masyarakat bisa hidup rukun dan damai. 

"Ekspresi-ekspresi (war takjil) ini adalah bentuk perwujudan dari nilai gotong royong yang tumbuh di dalam masyarakat, yang menjadi cara berpikir, bertindak, bergenerasi warga negara Indonesia. Inilah sebagai wujud persaudaraan sejati yang menjadikan aktualisi dari nilai-nilai Pancasila dalam tindakan, " ucapnya 

Lebih lanjut, Romo Benny berharap, fenomena keceriaan ini terus tumbuh bergenerasi setiap warga negara Indonesia. Karena, keragaman  kemajemukan di Indonesia sudah ada sejak ratusan. 

"Kita bisa lihat bagaimana prasasti sejarah yang ditulis oleh Mpu Tantular  (tokoh era Majapahit) dalam Negarakertagama (maksud Romo Benny Kitab Sutasoma. Sedang kitab Negarakertgama ditulis oleh Mpu Prapanca), itu kita bisa hidup harmonis dengan Bhineka Tunggal Kka. Jadi, sebenarnya sejarah bangsa ini sudah mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam tindakan. Dan sekarang adalah bagaimana kita menjaga merawat keragaman, kemajemukan itu menjadi habitualisasi bangsa. Sehingga memang cita-cita kita merdeka itu kan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur, tapi juga masyarakat yang rukun dan damai. Karena kita punya pondasi dasar negara berbangsa ini dalam ideologi Pancasila, " tukasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI