Indef Sebut UMKM Raup Untung dari Fenomena 'War Takjil'
SinPo.id - Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF Eisha M. Rachbini menilai, fenomena berburu takjil atau war takjil yang ramai diperbincangan di media sosial, memberi keuntungan besar bagi penjual usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) musiman.
Menurut Eisha, UMKM memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang di moment puasa Ramadhan.
"Dari yang viral-viral war takjil ini, kita udah lihat ya, ada potensi kenaikan (penjualan) atau festivity dari UMKM yang bisa diraup atau diambil potensinya oleh UMKM," kata Eisha dalam diskusi bertajuk "Dinamika Lebaran dan Arah Ekonomi Prabowo-Gibran" dikutip dari akun YouTube INDEF, pada Rabu, 27 Maret 2024.
Eisha menjelaskan, Ramadan dan Lebaran memang telah menjadi bentuk perayaan keagamaan tahunan terbesar yang menjadi berkah bagi UMKM. Berbagai unggahan sosmed soal war takjil yang dilakukan oleh non-muslim dan muslim di tanah air, bahkan sudah membeli sejak pukul 15.00 WIB, juga menambah keuntungan tersendiri bagi penjual takjil.
"Memang benar sebenarnya saat Ramadan dan Lebaran itu potensi yang sangat besar untuk UMKM berkembang. Dengan sifatnya seasonal atau musiman itulah sebenernya ini yang bisa meningkatkan penjualan UMKM," tuturnya.
Berdasarkan beberapa survei yang dilakukan sejumlah lembaga terlihat bahwa penjualan atau transaksi UMKM terus meningkat di masa Ramadan 2024 dari Maret-April. Salah satunya ditopang oleh tingginya angka mudik di tahun ini.
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), mayoritas warga Jabodetabek diprediksi memilih berangkat mudik ke kampung halaman pada H-4 Lebaran 2024. Lebaran diprediksi BRIN jatuh pada 10 April, jadi H-4 itu 6 April 2024. Sementara puncak arus balik ke Jabodetabek diprediksi pada Minggu 14 April 2024.
Jumlah pemudik Lebaran 2024 diprediksi mencapai 193 juta orang. Angka ini meningkat 26 persen dari mudik Lebaran tahun 2023 lalu. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Transportasi (BKT).
Eisha menilai, melihat fenomena yang terjadi, selain di pusat kota, pertumbuhan ekonomi ini juga akan berlanjut di daerah lewat kegiatan mudik.
Nantinya, UMKM daerah akan kembali ketiban 'durian runtuh" akibat pergerakan masyarakat yang bergerak ke titik wisata. Sambil bersilaturahmi, UMKM yang menjajakan jajanan kuliner hingga oleh-oleh lokal yang diproyeksi akan untung besar.
Berdasarkan hitungan Eisha, penjualan UMKM daerah berpotensi meningkat signifikan hingga sekitar 40-60 persen dibandingkan periode sama di tahun lalu. Proyeksi ini juga akan ditopang pergerakan pemudik 2024 yang ditaksir bisa mencapai 193,6 juta orang, atau naik 63,94 persen ketimbang pemudik 2023 yang sebesar 123,8 juta orang.
"Jadi sebenarnya Lebaran ini mendorong perekonomian daerah terutama UMKM yang ada di daerah seperti jajanan kuliner lokal, kemudian oleh-oleh, ini (penjualanya) bisa meningkat. Kalau dilihat dari tahun lalu 2023, peningkatan (penjualan) mungkin bisa sampai 40-60 persen. Dan kita harapkan juga mungkin penjualan tahun ini dengan prediksinya lebih banyak yang mudik di tahun ini 193 (juta orang) ya kira-kira 45 persen meningkat nya dari 130, itu harusnya bisa mendorong UMKM-UMKM daerah lebih tinggi juga (penjualannya) di tahun ini," tuturnya.
Namun, menurut Eisha, potensi tersebut bisa terganggu karena kondisi harga komoditas atau pangan saat ini yang lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Untuk itu, pelaku UMKM mesti memutar otak untuk memaksimalkan keuntungan yang potensial lewat kompensasi harga jual produk yang meningkat. Atau jika tidak memungkinkan, pelaku UMKM akan terpaksa untuk menyempitkan margin keuntungan penjualan.
"Jadi itu salah satu tantangannya ketika saat ini, kondisinya adalah tingkat harga (bahan pangan) yang lebih tinggi," kata Eisha.