PENANGANAN DBD

MPR Harap Kecepatan Penanganan DBD Tekan Angka Kematian

Laporan: Juven Martua Sitompul
Selasa, 26 Maret 2024 | 19:24 WIB
Ilustrasi nyamuk DBD (SinPo.id/ Pixabay)
Ilustrasi nyamuk DBD (SinPo.id/ Pixabay)

SinPo.id - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat (Rerie) meminta pemerintah dan masyarakat menggencarkan gerakan pencegahan demam berdarah dengue (DBD). Pencegahan penting guna menekan angka kematian akibat penyakit tersebut.

"Di awal tahun ini DBD kembali berjangkit di sejumlah daerah di Tanah Air. Tren peningkatan kasus DBD mulai terlihat dan korban jiwa pun berjatuhan. Gerakan pencegahan dan penanganan kasus harus sesegera mungkin dilakukan," kata Rerie dalam keterangannya, Jakarta, Selasa, 26 Maret 2024.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang berkolaborasi dengan pihak swasta untuk mewujudkan target nol kematian akibat DBD pada 2030. Rerie menilai kerja sama itu untuk meningkatkan peran dan kapasitas tenaga kesehatan, komunitas, dan masyarakat melalui kegiatan kampanye 'Ayo 3M Plus' serta pelaksanaan vaksin DBD.

"Kampanye 3M Plus merupakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terdiri dari menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air. Serta mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti," kata dia.

Selain itu, Rerie menjelaskan untuk 'Plusnya' bisa berupa menanam tanaman untuk menangkal nyamuk, memeriksa tempat penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik, dan penggunaan obat anti nyamuk.

Menurut Rerie, sejumlah langkah tersebut harus benar-benar direalisasikan dengan segera dan berkesinambungan. Hal itu perlu dilakukan untuk melindungi setiap warga negara dari ancaman kematian akibat DBD.

"Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa atau The European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) mencatat terdapat 4.110.465 kasus demam berdarah di dunia pada 2022 (Januari-Desember). Indonesia menempati posisi keempat kasus terbanyak dengan jumlah 125.888 kasus," ujarnya.

Dia menjelaskan meskipun Indonesia bukan negara dengan kasus terbanyak namun tingkat kematian akibat DBD tergolong tinggi. Secara angka dari total kematian dunia yang mencapai 4.099, sebanyak 1.183 kematian atau 28,9 persen terjadi di Indonesia.

Bahkan berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan per 18 Maret 2024, tren kasus kematian per bulan akibat DBD pada 2024 di Indonesia meningkat jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, yakni 161 kasus pada Januari 2024. Sementara pada Januari 2023 sebanyak 106 kasus kematian.

"Catatan di atas harus menjadi pendorong agar upaya menekan angka kematian akibat DBD harus konsisten dilakukan di semua tingkatan pemerintahan di Tanah Air," katanya.

Menurutnya, gerakan pencegahan DBD melalui peningkatan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan pemberantasan sarang nyamuk harus menjadi bagian dari keseharian masyarakat.

Selain itu, pemahaman masyarakat tentang DBD terkait gejala dan langkah awal untuk mengatasinya harus ditingkatkan dan menjadi pengetahuan publik. Sebab, hal itu mampu mengakselerasi proses penanganan bila terjangkit.

"Kecepatan dan ketepatan penanganan DBD diharapkan mampu menekan angka kematian," katanya.

Dia pun mendorong agar kolaborasi pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan masyarakat yang cepat tanggap terhadap gejala upaya pencegahan dan data sebaran DBD yang akurat harus terus diperkuat.

"Dengan data sebaran kasus DBD yang akurat dan pemahaman masyarakat yang baik, dapat mengakselerasi upaya menekan angka kematian akibat DBD di Tanah Air hingga mencapai nol," kata dia.sinpo

Komentar: