Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Menengah Kejuruan
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran (Kemendikbud, 2022), yang salah satu karakteristiknya menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Dalam artian sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.
Kurikulum berbasis keterlibatan siswa langsung dalam program di sekolah itu sesuai dengan pendapat Belwal et.al (2020) dan Zen et.al (2022) yang menyatakan, pembelajaran berbasis proyek penting untuk pengembangan karakter siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning).
Pembelajaran difokuskan pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi; dan fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Mengatasi Krisis Akibat Pandemi
Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar akibat pandemi. Krisis ini ditandai oleh rendahnya literasi membaca dan ketimpangan kualitas belajar yang lebar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi.
Namun demikian, pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan hanya melalui perubahan kurikulum saja. Tapi juga berbagai upaya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi pemerintah daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan pendanaan yang lebih adil.
Kurikulum memiliki pengaruh yang besar pada apa yang diajarkan oleh guru dan materi yang diajarkan. Karena itu, kurikulum yang dirancang dengan baik akan memudahkan guru untuk mengajar dengan lebih baik. Kurikulum merdeka dibuat dengan tujuan agar pendidikan di Indonesia bisa seperti pendidikan di negara maju lainnya di mana siswa diberikan kebebasan dalam memilih apa yang diminatinya dalam pembelajaran.
Bagaimana Penerapan Kurikulum Merdeka di SMK ?
Struktur kurikulum SMK/MAK dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu mata pelajaran umum dan mata pelajaran kejuruan. Pada program SMK 3 tahun, mata pelajaran kejuaran akan dipelajari pada kelas 11 sampai 12. Sedangkan pada program 4 tahun mata pelajaran yang dipelajari pada kelas 11 sampai 13 dengan mata pelajaran konsentrasi keahlian tertentu.
Penulis mencoba mengutip sejumlah hasil penelitian penerapan kurikulum merdeka di sejumlah SMK di daerah. Di antaranya penelitian Mujab, Tuty dan Gumelar (2023) tentang Implementasi kurikulum merdeka belajar di SMK Al Huda Kedungwungu Indramayu melalui tahapan input, proses dan output.
Dari penelitian itu menunjukkan sejumlah kendala implementasi kurikulum Merdeka, yaitu perlunya peningkatan kompetensi guru, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, serta perlunya menciptakan suasana pembelajaran efektif sesuai dengan keadaan industry.
Sedangkan upaya mengatasi kendala implementasi kurikulum merdeka yaitu meningkatkan kompetensi guru, menjalin kerjasama dengan pihak industri, pengembangan metode pembelajaran yang menciptakan suasana kerja di industri.
Temuan lain penelitian Muharom, Aslan dan Jaelani (2023) di SMK Muhammadiyah Sintang, menunjukkan perencanaan pembelajaran guru PAI dalam Kurikulum Merdeka Belajar; meliputi pelatihan, menyusun perangkat ajar, membuat materi ajar yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, menyesuaikan metode dan strategi pembelajaran dan menyiapkan media, alat dan sumber pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran guru PAI itu dilakukan menggunakan pendekatan alur merdeka yang diterapkan dalam kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir atau penutup. Hasil evaluasi pembelajaran guru PAI dalam Kurikulum Merdeka Belajar menggunakan model evaluasi sumatif dan formatif dengan bentuk tes lisan, produk dan proyek.
Penelitian lain dari Kurikulum Merdeka juga dilakukan Sari dan Gumiandari (2022), dengan penelitian di SMKN 2 Cirebon. Dalam penelitianya itu menemukan konsep dan penerapan kurikulum merdeka berjalan dengan baik sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku. Hal itu di antaranya metode pemberikan format ATP, TP, dan Modul ajar kepada para guru, dan salah satu penerapan kurikulum merdeka untuk proses pembelajaran dikelas yaitu penggunaan berbasis digital
Begitu juga temuan Nathasia dan Abadi (2022) di SMKN 11 Malang. Dalam peneletian itu menemukan perencanaan pembelajaran guru perlu membuat Modul Ajar secara mandiri, dengan proses pembelajaran dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Dalam kurikulum Merdeka itu, guru juga melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran sebagai pendahuluan.
Selain itu, guru juga memberikan pengajaran dengan strategi pemilihan model, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pada kegiatan penutup guru memberikan penugasan dan kesimpulan. Sedanghkan pada penilaian/evaluasi pembelajaran IKM menggunakan dua jenis asesmen, yaitu formatif dan sumatif.
Dari tiga tahapan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan panduan pembelajaran dan Asesmen 2021 oleh Kemendikbudristek. Selain itu, implementasi kurikulum Merdeka di SMK telah berjalan dengan baik. Meski masih ada kendala yang perlu diperbaiki, seperti masih terjadinya ketimpangan kompetensi guru, terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, serta kurangnya suasana pembelajaran efektif sesuai dengan keadaan industri.
Keberlanjutan program merdeka belajar kurikulum merdeka akan berhasil dengan baik ketika perbaikan dan solusi atas kendala yang dihadapi terus dilakukan secara maksimal. Semoga.
Wiguna Yuniarsih, Wakil SMK Muhammadiyah Ciputat Tangerang Selatan