Presiden Filipina Prihatin Lihat Situasi di Laut China Selatan

Oleh: VOA INDONESIA
Jumat, 15 Maret 2024 | 06:48 WIB
Ilustrasi Laut China Selatan (pixabay)
Ilustrasi Laut China Selatan (pixabay)

SinPo.id -  Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., Selasa 12 Maret 2024 menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan saat berkunjung ke Berlin. Ia menyampaikan hal itu setelah bertemu mitranya Kanselir Jerman Olaf Scholz. Kedua pemimpin membahas berbagai masalah termasuk konflik di Ukraina, serta hubungan dengan China.

“Kita semua menginginkan situasi yang lebih damai di Ukraina dan juga di Laut China Selatan. Meskipun di Laut China Selatan bukan perang secara langsung, yang kami khawatirkan adalah meningkatnya ketegangan yang terjadi,” sebutnya.

Marcos berharap Kanselir Olaf Scholz bisa ikut mengatasi ketegangan Laut China Selatan saat kunjungan Scholz mendatang ke China.

Olaf Scholz, Kanselir Jerman menanggapi pernyataan Marcos tersebut. “Kita tentu harus membahas konflik ini, seperti juga banyak lainnya yang berperan. Kami juga melakukan diskusi sangat intensif hari ini tentang situasi di Pasifik, di Laut China Selatan, dan di Selat Taiwan. Dan semua ini, tentu merupakan isu-isu yang penting di sana. Kalau ada hal lain itu mengejutkan," komentarnya.

China mengklaim wilayah yang luas di Laut China Selatan, sehingga membuatnya berselisih dengan Filipina, Vietnam, dan negara-negara tetangga lainnya di Asia Tenggara.

Sementara itu Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Selasa juga menyampaikan komentarnya yang menuduh Filipina lah yang menolak bekerja sama dan melakukan tindakan provokatif.

“China telah mengusulkan kepada Filipina untuk mengelola situasi maritim dan melakukan kerja sama kelautan dari perspektif hubungan bilateral serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan. Hal ini sepenuhnya menunjukkan ketulusan dan niat baik China dalam menyelesaikan perbedaan melalui negosiasi dan konsultasi. Namun sangat disayangkan Filipina tidak memberikan tanggapan dan malah sering melakukan tindakan provokatif di laut, sehingga sangat merusak atmosfer komunikasi dan kerja sama antara kedua pihak,” jelasnya.

Filipina dan A.S. menuduh China melakukan taktik agresif dalam upaya menghalangi kapal-kapal Filipina mencapai terumbu karang dan tempat-tempat lain yang diklaim oleh kedua belah pihak. Insiden yang terbaru adalah tabrakan antara kapal penjaga pantai kedua negara pada pekan lalu.

Scholz mengatakan dia dan Marcos telah mengadakan “diskusi yang sangat intensif” mengenai topik tersebut. [my/jm]sinpo

Komentar: