Soal Indonesia Musnah Tahun 2030, Begini Isi Buku Berjudul Ghost Fleet Menurut Denny JA
Jakarta, sinpo.id - Denny JA selaku Founder Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menginformasikan bahwa dirinya sudah membaca buku yang berisi review analisa masa depan. Buku itu berjudul Ghost Fleet.
“Nama penulisnya adalah P.W Singer. Ia seorang ahli ilmu politik luar negeri, mendapatkan Ph.D dari Harvard University,” kata Denny JA keterangan kepada sinpo.id di Jakarta, Kamis (22/3/2018).
“Ada ahli yang dengan data dan ketajaman analisisnya sudah berkata: Hei, hati hati! Jangan terlalu santai. Negaramu bisa musnah!!”
Bahkan, menurut Denny, dirinya juga sudah menulis artikel mengenai buku tersebut sekitar 7 bulan lalu, pada bulan September 2017 dan sudah dipublikasikan di media siber dengan judul “Indonesia akan Musnah Tahun 2030?”.
Menurut Denny, P.W. Singer bersama rekannya August Cole, mencoba memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan dalam konflik global. Prediksi dan perspektifnya lebih hidup, karena analisanya ditulis dalam drama novel.
“Karena yang menulis seorang yang sangat ahli, novel ini bahkan menjadi perhatian serius petinggi militer di Amerika Serikat,” kata Denny.
Bahkan, James G Stavridis, pensiunan laksama angkatan laut Amerika Serikat, yang kini menjadi dekan di Tufts University hubungan internasional, menyebut buku ini (novel) blue print untuk memahami perang masa depan. Pemimpin militer di negeri Paman Sam itu mewajibkan para tentara membacanya.
“Soal Indonesia sebenarnya disinggung lebih sebagai pembuka dan sambil lalu. Topik utama novel itu justru menceritakan bangkitnya China selaku super power yang bahkan melampaui Amerika Serikat,” kata Denny.
Indonesia saat itu, di tahun 2030, disebut novel tersebut menjadi negara yang gagal, Failed State. Ini kondisi yang jika lebih buruk lagi bisa mengarah pada collapse seperti yang dialami Uni Sovyet dan Yugoslaviakia, dua negara yang hilang dalam peta. Namun Failed State tak otomatis semakin buruk jika bisa diperbaiki.
Apa itu Failed State atau Negara Gagal?
Karena itu, setelah membaca buku tersebut Denny JA segera mendalami lebih jauh apa itu Failed State, dan bagaimapula ia diukur secara kuantitatif dalam Fragile State Index.
Failed State, negara gagal, atau dengan tanda kutip kita sebut negara yang mungkin “musnah,” adalah kondisi ketika kemampuan pemerintah untuk mengelola kompleksitas negara berada pada titik rendah. Menurunnya wibawa pemerintah nasional mengancam keberlangsungan negara yang berdaulat. Meluas ketidak nyamanan warga.
Denny menjelaskan, ada beberapa indikator dapat dikenali. Terjadinya penurunan kesejahteraan masyarakat yang signifikan, atau yang disebut economic collapse. Di samping bertambahnya kemiskinan, juga di sana sini terjadi kerusuhan akibat kondisi ekonomi.
Pada saat yang sama pemerintahan pusat punya legitimasi yang menurun di mata rakyatnya. Itu bisa beberapa sebab. Bisa karena “moral decay” terjadinya korupsi menghebat pada institusi pemerintahan yang diketahui luas.
Bisa pula itu karena berkembangnya sentimen negatif, rasa ketidak adilan pemerintah dalam mengelola ragam kelompok komunal, ideologis, dan primordial.
Konsep negara gagal sendiri masih kontroversial dalam perdebatan konsep politik. Itu terminologi yang longgar dan sulit mengukurnya. Sebagaian akademisi membuatnya lebih kuantitatif dan merumuskan dalam index yang disebut Fragile State Index.
Dalam Fragile State Index tahun 2017, sebenarnya rangking Indonesia tetap berada di posisi yang aman. Kondisi kita lebih baik, tentu saja dari beberapa negara seperti Iran, Iran, Pakistan. Namun juga Indonesia lebih buruk dibandingkan Malaysia, Brunei, Kuwait, apalagi negara Skandinavia. Rangking Indonesia berada di nomor 94 terburuk dari 178 negara yang diukur.
Dengan data kuantitatif di atas, menurut Denny JA sebenarnya prediksi novel Ghost Fleet itu agak berlebihan. Tetapi, secara positif kita sebut saja prediksi novel itu berfungsi sebagai wake up call saja.
“Ada ahli yang dengan data dan ketajaman analisisnya sudah berkata: Hei, hati hati! Jangan terlalu santai. Negaramu bisa musnah!!”, kata Denny JA.

