Singgung Situasi Geopolitik Global, Jenderal Agus: Jika Ingin Damai Bersiaplah Perang

Laporan: Galuh Ratnatika
Senin, 13 November 2023 | 14:42 WIB
Jenderal Agus Subiyanto (Sinpo.id/Ashar)
Jenderal Agus Subiyanto (Sinpo.id/Ashar)

SinPo.id -  Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) sekaligus calon Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyinggung situasi geopolitik global yang terjadi saat ini, dalam proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di Komisi I DPR RI.

Ia mengatakan, apabila suatu bangsa menginginkan kedamaian, maka bangsa tersebut harus siap untuk berperang. Istilah tersebut ia kutip dari sebuah peribahasa Latin yang mencerminkan konsep penting dalam hubungan internasional dan filosofi politik.

"Si vis pacem para bellum, jika menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang, adagium di atas harus diingat kembali oleh semua komponen bangsa terutama kita yang berada di ruangan ini," kata Agus dalam paparan visi dan misinya, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin 13 November 2023.

Menurutnya, ungkapan tersebut menjelaskan bahwa suatu sistem pertahanan negara tidak bisa dibangun dalam waktu singkat. Karena harus direncanakan dan disiapkan dalam jangka panjang.

Di samping itu, Agus juga menyinggung konflik yang terjadi di Timur Tengah antara Israel dan Palestina yang dimulai sejak 2 November 1917 ketika Inggris membuat surat yang dikenal dengan nama Deklarasi Balfour, untuk memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi ke Palestina.

Kemudian ia juga menyinggung perang antara Rusia dan Ukraina yang hingga saat ini masih berlansung, dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kedua negara untuk berdamai dan mengakhiri perang.

"Hal tersebut patut menjadi renungan kita bahwa konflik bersenjata dan perang terbuka dapat terjadi kapan saja dan dialami oleh negara manapun," ungkapnya.

Meski demikian, Agus mengatakan, bangsa Indonesia patut bersyukur karena stabilitas keamanan negara masih terkendali, dan roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar. Berbeda dengan situasi perang yang mencekam di beberapa negara yang membuat ribuan nyawa menjadi korban.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI