Pemeriksaan Rutin Bantu Deteksi Dini Potensi Kanker Payudara
SinPo.id - Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara, sebuah inisiatif global yang mendorong kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit kanker payudara. Hal ini masih relevan dengan keadaan sektor kesehatan saat ini. Masalahnya, data tahun 2020 menunjukkan bahwa kanker payudara menyumbang 16,6% dari semua kanker dan 9,6% dari semua kematian akibat kanker di kalangan perempuan di Indonesia.
Angka kematian tersebut masih menjadi masalah yang serius utamanya bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu alasan utama tingginya angka kematian adalah deteksi kanker payudara yang terlambat, sebab sebagian besar perempuan mencari perawatan medis ketika penyakitnya sudah berada di tahap lanjut.
Hingga saat ini, kebanyakan kasus kanker payudara ditemukan ketika pasien sudah mencapai stadium tinggi, mulai stadium 3 dan 4. Hal ini menyebabkan sulitnya pengobatan yang perlu dijalani pasien. Padahal, ketika kanker ditemukan pada tahap awal, yaitu stadium 1 dan 2, para ahli kesehatan profesional dapat melakukan intervensi sebelum sel kanker menyebar. Sehingga, dapat meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup dan menurunkan angka mortalitas kanker payudara.
Menyadari situasi tersebut, dr. Nur Muhammad Karim, Sp.Rad, spesialis radiologi, menyarankan individu untuk melakukan pemeriksaan payudara melalui dua metode. “Terdapat dua metode pemeriksaan kelainan pada payudara yaitu melalui Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS).
SADARI merupakan cara sederhana dan mudah bagi setiap orang dengan memeriksa payudaranya sendiri untuk mendeteksi setiap perubahan seperti apabila ditemukannya benjolan. Sementara SADANIS adalah pemeriksaan fisik payudara oleh tenaga kesehatan terlatih. Jika ditemukannya kelainan pada payudara, maka pasien akan dianjurkan untuk melakukan screening untuk mendeteksi apabila benjolan tersebut merupakan kanker dan apakah bersifat ganas atau tidak.”
Ada beberapa metode screening yang umum dilakukan, salah satunya adalah mammografi. Mammografi merupakan salah satu metode yang umum digunakan oleh tenaga ahli professional. Mammografi adalah metode pencitraan medis khusus yang menggunakan sinar x (x-ray) dosis rendah untuk memeriksa payudara dalam mendeteksi dini kanker dan penyakit payudara lainnya.
American Cancer Society (ACS) merekomendasikan perempuan berusia 40 hingga 44 untuk melakukan mammogram setiap tahun, perempuan berusia 45 hingga 54 tahun dapat melakukan mammogram setiap dua tahun sekali, dan perempuan berusia 55 tahun ke atas dapat memilih untuk melakukan mammogram tahunan atau setiap dua tahun sekali[2].
Akses Mudah Pada Layanan Screening Kanker Payudara Jadi Kunci
Upaya peningkatan kesadaran kanker payudara pada masyarakat perlu diiringi dengan menghapus stigma terhadap screening kanker payudara dan mendorong akses ke fasilitas layanan kesehatan yang memadai di seluruh penjuru tanah air.
Perusahaan penyedia peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), terus menjalin kemitraan dengan berbagai institusi untuk mendorong kesadaran publik, akses, dan ketersediaan pemeriksaan serta diagnosis kanker payudara yang semakin banyak dialami perempuan Indonesia.
Memperingati National Mammography Day yang jatuh tepat pada hari ini, 20 Oktober 2023, Direktur Utama Itama Ranoraya Heru Firdausi Syarif mengatakan “Kami berkomitmen untuk menyediakan solusi alat – alat kesehatan berteknologi tinggi yang terjangkau dan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan masyarakat.
Salah satunya kami wujudkan melalui pendistribusian produk mammografi berteknologi tinggi asal Eropa. Dengan upaya ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran dan ketersediaan pemeriksaan serta diagnosis kanker payudara di Indonesia.”
“Bulan Peduli Kanker Payudara adalah kampanye penting yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pencegahan, deteksi, pengobatan, dan perawatan kanker payudara. Kami mengajak semua orang untuk bergabung dan membuat perbedaan dalam perjuangan melawan kanker payudara,” tutup Heru.