Ketua DPR RI Desak Indonesia Segera Ambil Sikap soal Konflik Palestina-Israel

Laporan: Galuh Ratnatika
Selasa, 10 Oktober 2023 | 09:07 WIB
Gaza membara usai Israel melakukan gempuran balasan setelah diserang militan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023. (SinPo.id/AFP)
Gaza membara usai Israel melakukan gempuran balasan setelah diserang militan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023. (SinPo.id/AFP)

SinPo.id - Ketua DPR RI Puan Maharani mendesak pemerintah segera mengambil sikap dan menjadi penengah dalam konflik Palestina-Israel yang semakin meluas. Menurutnya, penting bagi Indonesia untuk menyerukan perdamaian dengan konsep dua negara berdaulat (two-state solution) yang berdampingan.

Ia mengatakan, hal tersebut perlu dilakukan agar peperangan dapat segera dihentikan demi menghindari bertambahnya korban kemanusiaan yang semakin hari kian bertambah. Karena Puan menilai, perang tidak bisa dibenarkan dalam segi aspek manapun.

"Kita perlu menyampaikan agar kedua negara mengedepankan unsur dialog untuk mendinginkan situasi di sana dan terus bersuara kepada dunia untuk mendukung kemerdekaan Palestina,” kata Puan, melalui keterangan persnya, dikutip pada Selasa, 10 Oktober 2023.

Selain itu, ia juga memgingatkan agar tidak ada satu negara pun yang mendukung peperangan antara Israel-Palestina berlanjut. Khususnya negara-negara adidaya yang memiliki kekuatan militer besar. Pasalnya, kehadiran negara-negara lain untuk terus menyuarakan perdamaian di Palestina sangat diperlukan, dan Indonesia harus menunjukkan sikap politik internasional yang bebas aktif sesuai amanat konstitusi.

Lebih lanjut, Puan berharap Indonesia bisa menjadi negara yang menggerakkan dunia untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina. Sebab menurutnya, selama ini dunia internasional seakan membiarkan peperangan terus menerus terjadi di sana.

"Tidak ada tanda-tanda harapan akan berdirinya negara Palestina yang telah dijanjikan oleh dunia internasional. Indonesia harus mengambil peran mendorong negara lain untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat Palestina," ia menegaskan.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menabuh genderang perang dan bersumpah akan membalas dendam, usai kelompok militan Palestina, Hamas, secara tak terduga melancarkan serangan dan menyusup ke wilayah Israel.

Netanyahu dengan lantang menegaskan negaranya akan melakukan balas dendam besar, dan akan bersiap untuk memulai "perang yang panjang dan sulit".

Militan Hamas mulai menembakkan ribuan roket ke arah Israel sejak Sabtu, 7 Oktober 2023 pagi, dengan target ibu kota Tel Aviv dan wilayah pinggiran Yerusalem.

Sebanyak wilayah itu sebenarnya jarang menjadi target sasaran langsung, karena adanya sistem pertahanan rudal canggih milik Israel bernama Iron Dome. Namun kegagalan intelijen disebut-sebut menjadi penyebab Israel "kecolongan" dalam serangan ini.

Dilansir New York Times, hanya satu jam setelah serangan roket pertama, militan Hamas mulai menyusup ke wilayah-wilayah Israel lewat darat, laut, dan udara.

Pasukan Hamas diketahui menyusup ke 22 kota dan pangkalan militer Israel, di mana mereka menyandera warga sipil dan tentara.

Tak lama usai serangan itu, sejumlah negara di Barat melontarkan kecaman atas Hamas dan menyerukan agar perang dihentikan.

Uni Eropa misalnya, mengutuk serangan yang dilakukan Hamas sebagai aksi terorisme terhadap Israel.

Prancis dan Jerman juga turut mengeluarkan pernyataan senada. Kedua negara itu menegaskan penolakan mutlak terhadap terorisme, serta menyebut Israel punya hak yang dijamin oleh hukum internasional untuk mempertahankan diri dari terorisme.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI