Dadiyono, dari Ayam Bakar ke Panggung Politik

Laporan: Tim Redaksi
Rabu, 04 Oktober 2023 | 10:44 WIB
Dadiyono saat menerima kedatangan Bupati Kebumen Arif Sugiyanto di restoran Ayam Bakar Kambal. Arif diketahui senantiasa mendukung UMKM di Jakarta. (SinPo.id/Dok. Pribadi)
Dadiyono saat menerima kedatangan Bupati Kebumen Arif Sugiyanto di restoran Ayam Bakar Kambal. Arif diketahui senantiasa mendukung UMKM di Jakarta. (SinPo.id/Dok. Pribadi)

SinPo.id - Pemilik restoran Ayam Bakar Kambal, Dadiyono, tidak hanya sukses di bisnis kuliner. Dia juga sukses membangun bisnis di bidang kontraktor pembangunan.

Kesuksesan membangun dua usaha yang berbeda itu tidak membuatnya lupa diri. Pria kelahiran 8 Agustus 1976 ini justru bertekad mengabdi untuk rakyat.

Dia mendirikan organisasi bernama Nyong Rika Kebumen (NRK) yang fokus pada penggalangan dana untuk santunan yatim dan bantuan ke pondok pesantren di wilayah Kebumen.

Selain itu, Dadiyono juga aktif dalam organisasi perantau asal Kebumen, Jawa Tengah. Bahkan, Dadiyono, menjadi Ketua Harian Induk Warga Asli Kebumen Walet Mas (IWAK Walet Mas).

Pengaruh dari lingkungan organisasi dengan beragam latar belakang, mulai dari pegiat UMKM, politikus, dan pegiat seni, memantapkan hatinya terjun ke dunia politik.

Dadiyono mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta daerah pemilihan 7 dari Partai Golkar.

"Sebelumnya saya tidak pernah berkecimpung di dunia politik dan tidak menjadi bagian dari partai politik," ungkap Dadiyono.

Dia mengungkapkan bahwa proses pendaftaran menjadi calon anggota DPRD pun singkat dan spontan, karena memang bukan karena niat pribadi.

"Ada niat bersama dalam mengakomodasi aspirasi dari lingkungan," tutur Dadiyono.

Mengenai visi misinya terjun ke politik, Dadiyono mengaku tidak ingin muluk-muluk. Dia ingin memaksimalkan program pemerintah yang tidak berjalan optimal di masyarakat.

Menurut dia, banyak program pemerintah yang kurang perhatian, support jadi seperti mati suri, sehingga menjadi beban masyarakat.

"Contohnya PosWindu sebagai garda terdepan pemerintah untuk pemeriksaan kesehatan lansia, seperti cek gula darah, kolesterol, dan lainnya sekarang malah berbayar, kan, orang yang tidak mampu tidak sanggup," ungkapnya.

Kemudian, PAUD yang seharusnya dikelola di tingkat RW justri berbayar, mahal lebih mahal dari milik swasta.

"PAUD ini, kan, hak dasar pendidikan anak usia dini, tetapi sekarang ditelantarkan karena menjadi beban," tuturnya.

Dia juga menyinggung soal politikus yang menjadikan politik sebagai sumber kehidupan, sehingga tak sedikit terjerat kasus korupsi.

"Berpolitik itu jangan dijadikan karier, tetapi seharusnya pengabdian untuk rakyat," kata Dadiyono.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI