Pembantaian Terhadap Keluarga Etnis Arab di Israel Kembali Terjadi, Lima Orang Tewas

Laporan: Galuh Ratnatika
Kamis, 28 September 2023 | 11:01 WIB
Aksi protes menuntut kasus pembunuhan terhadap keluarga etnis Arab di Israel (Sinpo.id/Reuters)
Aksi protes menuntut kasus pembunuhan terhadap keluarga etnis Arab di Israel (Sinpo.id/Reuters)

SinPo.id -  Lima anggota keluarga etnis Arab ditemukan tewas setelah ditembak di kediaman mereka di kota utara Basmat Tab'un, Israel, pada Rabu kemarin, 27 September 2023. Mereka yang tewas diantaranya seorang wanita dan dua remaja.

Menurut pihak kepolisian setempat, penembakan itu merupakan gelombang terbaru pembunuhan terhadap komunitas Arab Israel. Karena sejak Januari 2023, lebih dari 180 warga negara Arab di Israel telah terbunuh dalam kasus kekerasan.

Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dalam dalam tujuh tahun terakhir. Namun serentetan pembunuhan masih terus berlanjut tanpa terkendali, sehingga memicu tuduhan bahwa pemerintahan nasionalis religius pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengabaikan pertumpahan darah tersebut.

“Israel mempunyai kemampuan, pemerintah Israel memahami apa yang perlu dilakukan, semua orang memahami apa yang perlu dilakukan, namun tidak ada kemauan untuk menyelesaikannya,” kata Mansour Abbas, pemimpin salah satu partai yang mewakili minoritas Arab di Israel, dilansir dari Reuters, Kamis 28 September 2023.

Selain itu, para wali kota di negara-negara Arab juga menuduh pemerintah dan polisi sengaja mengabaikan komunitas mereka dan membiarkan penjahat bertindak tanpa mendapat hukuman. Mereka juga menuntut agar Netanyahu melakukan intervensi atas kasus pembunuhan brutal tersebut.

Seperti diketahui, warga negara Arab, yang sebagian besar adalah keturunan warga Palestina yang tetap tinggal di Israel selama eksodus massal pengungsi dalam perang tahun 1948 seputar pembentukan Israel, merupakan seperlima dari populasi negara tersebut.

Selama berpuluh-puluh tahun mereka menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi, pendidikan yang buruk, dan kota-kota yang penuh sesak tanpa adanya layanan kesehatan. Mereka bahkan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua dibandingkan dengan warga Yahudi Israel.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI