Hujan Efektifkan Pengendalian Karhutla dan Kualitas Udara di Kalbar

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 21 September 2023 | 01:30 WIB
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto

SinPo.id -  Hujan yang turun beberapa hari terakhir membantu penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Kondisi kualitas udara Kota Pontianak dan sekitarnya pun terpantau baik beberapa hari terakhir.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, S.Sos., M.M. saat melakukan kunjungan kerja Rapat Koordinasi (rakor) Penanganan Darurat Bencana Karhutla di Provinsi Kalbar. Kegiatan ini diselenggarakan di Kantor Gubernur Kalbar, Pontianak, pada Rabu 20 September 2023. Kualitas udara yang baik dirasakan saat Kepala BNPB melakukan peninjauan udara sebelum berlangsungnya rakor.

“Kalbar alhamdullilah, tiga hari ini hujan terus,” ujar Suharyanto.

Namun demikian, Kepala BNPB Suharyanto mengingatkan Pemerintah Provinsi Kalbar dan unsur terkait lain untuk mewaspadai kondisi cuaca dalam beberapa hari ke depan.

“Pantauan BMKG, beberapa hari ke depan akan panas,” tambahnya.

Suharyanto menekankan apabila tidak ada potensi hujan, teknologi modifikasi cuaca (TMC) dapat dilakukan jika memang dibutuhkan untuk penanganan karhutla.

Dalam paparannya, Kepala BNPB Suharyanto mengingatkan kepada jajaran Pemerintah Provinsi Kalbar untuk mempertahankan kondisi baik saat ini. Ia menambahkan, jangan sampai bencana asap akibat karhutla terjadi seperti pada 2015 dan 2019.

“Jangan sampai kita mengirim asap ke negara tetangga,” pesannya.

Ia pun mencontohkan Indonesia menjadi salah satu negara terbaik dalam penanganan pandemi Covid-19. Kepala BNPB berharap ini tidak dinodai dengan penanganan karhutla yang berdampak luas, khususnya karhutla di Sumatra dan Kalimantan, hingga negara tetangga di Asia Tenggara.

Suharyanto mengatakan, sebelumnya kejadian karhutla di wilayah Indonesia berkurang karena pengaruh musim yang cenderung basah dan adanya pandemi Covid-19. Namun kali ini, fenomena El Nino dapat memberikan dampak musim yang lebih kering dan memicu karhutla.

Di hadapan peserta rakor, meskipun tidak tercatat adanya _hot spot_ di wilayah Kalbar, Kepala BNPB meminta Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Karhutla dari berbagai unsur seperti pemerintah daerah, TNI dan Polri untuk memastikan api yang sudah padam benar-benar padam.

“Takutnya kalau kering lagi, nanti dapat kembali terbakar,” ujarnya.

Suharyanto mencontohkan kasus karhutla di Provinsi Sumatra Selatan beberapa waktu lalu.

“Kalau api sudah besar seperti di Sumsel, ini sangat sulit untuk dipadamkan. Meskipun ada tiga helikopter _water-bombing_, ini seperti disiram air namun tidak signifikan. Satu-satunya cara kalau api sudah besar, kita datangkan hujan,” ungkap Kepala BNPB.

Pada kesempatan itu, Suharyanto menggarisbawahi arahan Presiden Joko Widodo dalam penanganan karhutla. Pertama, jangan sampai membiarkan api besar dan terlambat dalam memadamkan. Api yang membakar lahan sekitar 10 hektar misalnya akan sangat sulit dan sia-sia apabila dilakukan pengeboman air.

“Ini harus dilakukan dengan mendatangkan hujan,” ujar Suharyanto mengilustrasikan penanganan karhutla.

Berikutnya, upaya penegakan hukum benar-benar dilakukan dalam penanganan karhutla di wilayah.

Sementara itu, Pj Gubernur Kalbar dr. Harisson Azroi, M.Kes. menyampaikan jajarannya telah berupaya dalam penanganan karhutla. Berbagai langkah telah dilakukan pemerintah provinsi yang dibantu TNI, Polri, Manggala Agni dan unsur terkait lain, termasuk dukungan Pemerintah Pusat.

Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah provinsi, antara lain pembentukan komando satgas, penetapan pos komando yang berpusat di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalbar, apel siaga dan kesiapsiagaan Polda dan Kodam, penyebaran informasi _hot spot_, pengecekan lapangan oleh Satgas Darat dan Udara.

“Kami juga melakukan pembasahan lahan gambut serta TMC,” tambah Pj Gubernur.

Harisson juga mengungkapkan fenomena yang terjadi di wilayahnya. Menurutnya, kejadian hutan dan lahan yang terbakar pada 2020 - 2021 tidak terlalu banyak karena pandemi Covid-19. Selama pandemi tersebut, juga tidak ada kasus demam berdarah (DBD).

“Saat Covid-19 berlalu, kasus karhutla dan angka DBD naik,” ujarnya.

Setelah wilayahnya diguyur hujan beberapa hari, Pj Gubernur berharap kondisi kualitas udara baik dapat terus berlanjut. Pada hari ini (20/9) hujan masih turun di wilayah Kubu Raya dan sekitarnya dengan intensitas ringan hingga sedang.

Rapat koordinasi tingkat provinsi ini dihadiri Kasdam XII/Tanjungpura, Danlanud Supadio, Wakapolda, para bupati/walikota seluruh Kalbar, Asisten I, Kepala BPBD Provinsi Kalbar, Kepala BMKG Supadio, serta jajaran kepala dinas di lingkungan Provinsi Kalbar.


*Penguatan Satgas Daerah*

Di akhir rakor, BNPB memberikan bantuan sebagai bentuk penguatan kepada Pemerintah Provinsi Kalbar dalam penanganan karhutla. Bantuan kepada pemerintah provinsi berupa peralatan pemadam kebakaran. Peralatan tersebut berupa pompa jinjing 24 unit, pompa apung 36 unit, selang pemadam 120 rol, nozzle set 60 unit, tempat tidur lipat 300 unit dan alat pelindung diri pemadaman karhutla 200 set. Selain itu, Kepala BNPB juga menyerahkan dana siap pakai kepada pihak Kodam XII/Tanjungpura, Lanud Supadio dan Polda Kalbar yang dikoordinasikan oleh BPBD.

Dalam rakor, Suharyanto mengatakan,”Kalau masih kurang, kita akan menambah bantuan untuk dukungan satgas dan peralatannya.”

Bantuan tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan penanganan karhutla di wilayah Provinsi Kalbar. Dari awal Januari hingga September 2023 pemerintah provinsi mencatat luas karhutla terdampak mencapai 54.402,81 hektar. Sedangkan dalam penanganan karhulta, pemerintah provinsi telah menetapkan status siaga darurat bencana yang berlaku hingga 31 Oktober 2023.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI