Berawal dari Bisnis Percetakan Hingga Menjadi Legislator, Ini Kisah Abdul Kharis Almasyhari
Jakarta, sinpo.id - Sosok tegas nan berwibawa tak dapat terlepas dari Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari. Seperti kebanyakan aktivis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lainnya, sejak awal kuliahnya Kharis sudah menjadi aktivis di kampusnya.
Terlahir sebagai anak prajurit Kopassus, Kharis muda memang sudah terbiasa hidup disiplin. Terus bekerja meraih mimpi serta ibadah menjadi kesibukan kesehariannya. Keluarganya mempunyai pondok pesantren di Kecamatan Pituruh, Purworejo, Jawa Tengah. Jangan heran, ibadah ialah hal wajib yang harus dilakukan setiap hari.
Jiwa berorganisasi memang sangat disukai anak sulung dari lima bersaudara ini. Di Smester awal ia kuliah, Kharis langsung bergabung dengan badan pers mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
"Saya pernah menjadi redaktur pelaksana majalah kampus. Tahu sekali bagaimana pers dibuat, media dibuat di kampus," ungkapnya saat berbincang dengan sinpo.id di kantornya, Gedung DPR RI, Jakarta.
Berbekal pengalaman berorganisasi di badan pers mahasiswa inilah ia mendapat pelatihan produksi bagi media cetak. Bagaimana sistem oplah, berapa banyak, dengan menggunakan apa dan lain sebagainya.
Berangkat dari hal tersebut, Kharis kemudian mendirikan sebuah bisnis percetakan. Seiring berkembangnya waktu bisnis Kharis kian membesar dan hingga kini masih terus berproduksi.
"Akhirnya ini jadi bisnis saya, sampai sekarang. Jadi saya sehari-hari sebelum menjadi anggota DPR, sampai sekarang memiliki perusahaan percetakan di Solo," kata pria kelahiran 1968 ini.
Segudang pengalaman berorganisasi menghantar Kharis dapat terjun ke dunia politik. Ketika pertama kali PKS berdiri (masih bernama PK) Kharis langsung menjadi pengurus Jawa Tengah.
"Pengurus wilayah Jawa Tengah. Lalu kemudian berganti menjadi PKS, dari PK menjadi PKS, saya menjadi pengurus pusat," tambahnya.
Lalu siapa sangka, berbekal memiliki bisnis percetakan yang ia terus kembangkan di Solo, bisnis percetakannya itu terus berkembang hingga kemudian mempunyai kantor di Ibu Kota.
Hal ini yang membuat PKS akhirnya menarik Kharis dan mempercayainya untuk mengurus DPP PKS yang berada di Jakarta.
"Kenapa saya ditarik ke DPP, karena percetakan saya punya kantor marketing di Jakarta, sehingga sekaligus mengurusi kantor di Jakarta, sekaligus mengurusi partai di Jakarta," tegas Ayah yang telah dikaruniai tujuh orang buah hati ini.
Mungkin Kharis sendiri tak menyangka, bisnis yang terus dikembangkannya, yang sudah pasti merasakan jatuh-bangun, dapat menghantarkan dirinya dipercaya sebuah partai besar di Indonesia.
Ternyata kerja keras berbalut kedisiplinan ala militer, serta didikan agama yang diajarkan orang tua tak pernah mendustakan hasil. Kini, Kharis sudah membuat bangga kedua orang tua beserta keluarganya atas hasil jerih payahnya sendiri.
Saat ini Kharis sudah menduduki posisi strategis, Ketua Komisi I DPR RI. Sebagai ketua, Kharis menekankan akan terus menjalankan fungsi DPR, yakni anggaran, legislasi dan pengawasan.
"Kami punya jatah untuk membahas dua usulan di DPR, yang sekarang sedang menjadi jatah kami adalah RUU Penyiaran dan RUU RTRI," kata Kharis.
Selain itu, terkait fungsi pengawasan, Kharis menekankan Komisi I DPR RI mempunyai beberapa Panitia Kerja (panja), antara lain Panja Kesejahteraan Prajurit, Panja Perumahan Tentara, Panja Alutsista dan lainnya.
"Kami melakukan pengawasan terhadap bagaimana pelaksanaan anggaran yang sudah disepakati di DPR ini," ungkapnya.
Walau mempunyai setumpuk agenda, Kharis masih menyempatkan diri untuk menyalurkan hobinya, yakni bersepeda. Ia mengaku mempunyai banyak medali finisher.
Jangan salah, Kharis juga pernah mengikuti perlombaan bersepeda dalam ajang Tour Klaten. Kala itu ia finish di urutan ke-9 dari sekitar 400 perserta. Wow, bertambah usia ternyata tak membuat Pak Kharis mengendur ya, staminanya.
"Saya kira hobi saya yang sampai hari ini sejak masa kuliah dulu adalah bersepeda, yang masih terus sampai sekarang," pungkasnya.

