Israel Terapkan Larangan Ekspor dari Jalur Gaza

Laporan: Galuh Ratnatika
Kamis, 07 September 2023 | 09:11 WIB
Suasana di jalur Gaza (Sinpo.id/Reuters)
Suasana di jalur Gaza (Sinpo.id/Reuters)

SinPo.id -  Israel telah memberlakukan larangan ekspor dari Jalur Gaza karena dikhawatirkan akan ada penyelundupan bahan peledak. Larangan itu dinilai dapat merugikan warga Palestina dan menghancurkan matan penaharian mereka.

Pemilik restoran dan peternakan ikan Al-Bahar (The Sailor) di tepi pantai, Mohammad Al-Hajj, mengatakan dirinya akan mengalami kerugian besar, karena tidak dapat lagi mengekspor 20 ton ikan per minggu ke Israel dan Tepi Barat, seperti yang biasa ia lakukan.

“Ikan di lemari es akan membusuk jika kita tidak bisa mengekspornya, dan kita akan terpaksa menjual ikan dari peternakan dengan harga terendah,” kata Hajj, menambahkan ratusan pekerjanya bisa terancam di PHK. Dilansir dari Reuters, Kamis 7 September 2023.

Menanggapi hal itu, Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan keputusan Israel akan meningkatkan ketegangan yang sudah ada karena berlanjutnya blokade dan agresi Israel terhadap rakyat Palestina.

Sementara Menteri Ekonomi Palestina, Khaled Assaili, meminta Israel untuk membatalkan larangan yang menghentikan ekspor Gaza ke Israel dan Tepi Barat. Pasalnya, ekspor Gaza ke wikayah tersebut diperkirakan dapat mencapai USD 134 juta per tahun.

Kemudian Kementerian Pertanian Palestina yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan, tindakan Israel akan berdampak pada 60 ribu keluarga petani dan nelayan, yang diperkirakan akan mengalami kerugian harian mencapai satu juta shekel atau USD 263 ribu.

"Kami menuntut keputusan yang tidak adil itu dicabut. Keputusan ini tidak didasarkan pada pembenaran nyata dan melanggar hukum internasional dengan menggunakan dalih yang rapuh," kata Kementerian Pertanian dalam sebuah pernyataan.

Bahkan juru bicara Persatuan Industri Palestina, Wadhah Bseisso, mengatakan sebanyak 30 ribu pekerjaan bisa hilang jika penutupan terus berlanjut. Hal itu tentu akan berdampak pada meningkatnya pengangguran dan krisis ekonomi di Palestina.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI