Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kuliah ke Luar Negeri

Laporan: Galuh Ratnatika
Selasa, 29 Agustus 2023 | 09:08 WIB
Para perempuan Afghanistan (Sinpo.id/Gettyimages)
Para perempuan Afghanistan (Sinpo.id/Gettyimages)

SinPo.id -  Tak hanya menutup universitas untuk perempuan, Taliban saat ini juga telah menerapkan larangan bagi perempuan yang ingin berkuliah di luar negeri. Taliban bahkan akan menindak keras perempuan yang mencoba untuk kuliah.

“Setelah Taliban menutup universitas untuk perempuan, satu-satunya harapan saya adalah mendapatkan beasiswa yang dapat membantu saya belajar di luar negeri,” kata seorang mahasiswa Afghanistan berusia 20 tahun, yang namanya disamarkan sebagai Natkai. Dilansir dari BBC, Selasa 29 Agustus 2023.

Ia merupakan salah satu di antara 100 perempuan Afghanistan yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di Universitas Dubai di Uni Emirat Arab (UEA). Beasiswa tersebut berasal dari miliarder Emirat, Sheikh Khalaf Ahmad Al Habtoor.

Tak sedikit perempuan Afghanistan yang berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa yang diumumkan pada Desember 2022 lalu setelah Taliban melarang perempuan masuk universitas. Namun harapan mereka pupus setelah pejabat Taliban menerapkan larangan tersebut.

"Para pejabat Taliban melihat tiket dan visa pelajar kami, mereka mengatakan bahwa anak perempuan tidak diperbolehkan meninggalkan Afghanistan dengan visa pelajar,” ungkap Natkai.

Menanggapi hal itu, Al Habtoor langsung memposting pesan video dalam bahasa Inggris di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Dalam pesan video itu, dia mengkritik otoritas Taliban, dengan mengatakan laki-laki dan perempuan setara dalam Islam.

Apa yang dilakukan Taliban terhadap perempuan Afghanistan juga telah memunculkan reaksi dari pihak internasional. Pasalnya, tindakan Taliban juga telah menimbulkan kekecewaan di kalangan kelompok hak asasi manusia dan diplomat.

“Ini adalah langkah penting dan mengkhawatirkan, melampaui tingkat kekejaman luar biasa yang telah dilakukan Taliban dengan tidak memberikan pendidikan kepada anak perempuan dan perempuan,” kata Heather Barr dari Human Rights Watch.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI