Pemimpin Mesir Desak Putin Kembali ke Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam
SinPo.id - Dalam KTT Rusia-Afrika di St Petersburg, Pemimpin Mesir, Abdel Fatah al-Sisi, mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk kembali ke kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Setelah muncul kekhawatiran tentang dampak ekonomi global dari invasi Kremlin ke Ukraina.
Al-Sisi dalam pidatonya mengatakan, Rusia harus kembali pada kesepakatan awal di tahun 2022, untuk tidak menyerang Laut Hitam agar 33 juta ton biji-bijian Ukraina dapat mencapai pasar di sejumlah negara di Afrika.
Menanggapi tekanan itu, Rusia mengatakan, pihaknya keluar dari kesepakatan lantaran ekspor pertaniannya juga masih diblokir oleh Barat. Namun, pernyataan tersebut membuat sejumlah negara Afrika, termasuk Kenya dan Mesir menjadi marah.
Pasalnya, Kenya dan Mesir yang saat ini mengalami krisis pangan akut, merupakan importir utama biji-bijian Rusia. Bahkan Mesir adalah importir biji-bijian terbesar di dunia, dimana sekitar 80 persen berasal dari Rusia dan Ukraina. Sehingga kedua negara itu menyebut keputusan Rusia sebagai tikaman dari belakang.
“Saya menekankan pentingnya menemukan solusi mendesak untuk menyediakan makanan dan pupuk dengan harga yang membantu Afrika mengatasi krisis ini," kata al-Sisi, dilansir dari The Guardian, Minggu 30 Juli 2023.
“Saya berharap dapat mencapai konsensus tentang perjanjian ekspor biji-bijian yang mempertimbangkan tuntutan dan kepentingan semua pihak yang terlibat dan mengakhiri kenaikan harga biji-bijian yang terus berlanjut," sambungnya.
Meski demikian, Putin sebelumnya telah berjanji untuk mengirim biji-bijian gratis ke enam negara Afrika sebagai bentuk bantuan kemanusiaan. Adapun enam negara tersebut yakni, Burkina Faso, Republik Afrika Tengah, Eritrea, Mali, Somalia, dan Zimbabwe. Namun Mesir tidak masuk dalam daftar.
Di samping itu, Putin juga menanggapi dengan dingin rencana perdamaian untuk mengakhiri invasi Rusia di Ukraina, yang diajukan oleh para pemimpin Afrika, yang dipimpin oleh presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa.
Karena menurut Kepala Uni Afrika yang beranggotakan 55 negara, masalah biji-bijian dan pupuk saat ini telah menjadi perhatian semua orang. Sehingga apabila kesepakatan damai tidak tercapai, kelompok tersebut akan mendorong kembali Rusia pada kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.