Ancaman Krisis Pangan Akibat El Nino
El Nino yang menimbulkan curah hujan yang lebih sedikit menjadi ancaman bagi petani padi, khususnya di Asia yang memproduksi 90 persen kebutuhan beras dunia
SinPo.id - Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa, 18 Juli 2023 lalu. Agenda utama membahas El Nino yang dinilai akan mengancam krisis pangan di sejumlah Kawasan Asia termasuk Indonesia.
Tercatat sejumlah menteri terkait datang, di antaranya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Dalama pernyataannya usai rapat Dwikora menyebut BMKG memprediksi puncak El Nino di Indonesia akan terjadi pada bulan Agustus-September 2023. “Sehingga menjadi ancaman Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan,” ujar Dwikorita Karnawati.
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Kondisi itu menimbulkan air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia.
Dwikorita mengatakan ancaman El Nino di Indonesia diprediksi puncaknya bulan Agustus-September. "El Nino ini intensitasnya lemah hingga moderat, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan, juga produktivitas pangan atau berdampak terhadap ketahanan pangan," ujar Dwikorita menjelaskan.
Meski ia menyebut tak seluruh wilayah di Indonesia akan terdampak kekeringan akibat El Nino pada Agustus-September. Namun Dwikorita mengingatkan potensi bencana hodrometeorologi seperti banjir. Hal itu terjadi akibat kondisi geografis Indonesia.
"Meskipun kita masuk musim kemarau kering, tetapi karena wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa, masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi," kata Dwikorita menjelaskan.
BMKG telah mengimbau terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air serta beradaptasi dengan pola tanam.
Ancaman Produksi Beras Asia Terganggu
Analis riset Institut Riset Kebijakan Pangan Internasional atau (IFPRI), Abdullah Mamun, menyebutkan fenomena alam El Nino yang menimbulkan curah hujan yang lebih sedikit menjadi ancaman bagi petani padi, khususnya di Asia yang memproduksi 90 persen kebutuhan beras dunia.
“Ini diperkirakan akan menghambat produksi beras di seluruh Asia,” ujar Abdullah Mamun.
Apa lagi, diperkiraaan El Nino kali ini datang lebih awal dari biasanya sehingga memukul ketahanan pangan global di dunia yang masih terhuyung-huyung akibat dampak perang di Ukraina.
Bahkan, Abdullah menyebut kondisi pasar sudah ada lonceng peringatan dampak El Nino, yakni kenaikan harga berasa karena kurangnya produksi. "Harga rata-rata beras 5 persen pada bulan Juni, di Thailand sekitar 16 persen, lebih tinggi dari rata-rata tahun lalu," kata Abdullah menjelaskan.
Menurut dia, El Nino tahun juga dapat menambah kesengsaraan lain bagi negara-negara penghasil beras, seperti berkurangnya ketersediaan pupuk akibat perang dan pembatasan ekspor beras beberapa negara. Sedangkan persediaan beras global telah menipis sejak tahun lalu, akibat banjir dahsyat di Pakistan, sebagai negara pengekspor beras utama.
Ia menyebut riset yang menunjukkan Myanmar, Kamboja, dan Nepal sangat rentan, tetkena dampak dari El Nino. Bahkan baru-baru ini, suhu rata-rata global telah mencapai rekor tertinggi. Hujan muson di India lebih ringan dari biasanya pada akhir Juni.
Sedangkan di Filipina, kata Abdullah, telah mengelola air dengan hati-hati untuk melindungi daerah yang rentan. Sedangkan India termasuk yang paling terpukul oleh keputusan pembatasan ekspor beras tahun lalu setelah curah hujan yang turun lebih sedikit dari yang diharapkan. Di engara itu gelombang panas yang bersejarah menghanguskan gandum, meningkatkan kekhawatiran bahwa harga pangan dalam negeri akan melonjak.
Kesiapan Dalam Negeri
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan stok beras aman untuk menghadapi El Nino yang diprediksi akan berlangsung pada Agustus-September 2023. Namun ia mengtakan persediaan itu sampai Juli bulan ini.
“Stok beras kita aman sampai Juli ini," ujar Syahrul.
Meski Syahrul mengatakan persediaan beras itu diimbangi dnegan stok panen di atas 800 ribu hektare. "Agustus kita masih ada panen di atas 800.000 hektare. Jadi overstock kita masih di atas 2 juta,” ujar Syahrul.
Syahrul mengakui ancaman krisis pangan akibat El Nino membuat Presiden Joko Widodo meminta agar semua pihak tidak terlalu percaya diri. Presiden menilai
Meski cadangan beras aman, tetapi potensi El Nino tidak dapat dihadapi secara sepele.
“Pak Presiden bilang ini (ancaman El Nino) tak boleh (diantisipasi dengan) dihitung saja, tetapi tetap dioptimalkan saja yang bisa dilakukan,” katanya.
Direktur Bisnis Perum BULOG Febby Novita membenatrkan persediaan beras di gudang BULOG sebanyak 750 ribu ton, sebagai komitmen untuk mewujudkan pemenuhan Cadangan Pangan Pemerintah terutama dalam menyikapi risiko dampak El Nino.
"BULOG terus menjamin kebutuhan pangan khususnya beras akan terus tersedia, terutama dalam kondisi rawan seperti saat ini," kata Febby.
Menurut Febby, BULOG telah berupaya mitigasi dengan menyerap sebanyak-banyaknya beras guna memastikan pasokan beras nasional dalam jumlah aman. Upaya itu sebagai kewaspadaan menghadapi EL Nino.
Kerawanan pangan yang mungkin terjadi, dapat berpengaruh pada gejolak harga di tingkat konsumen. “Masyarakat tidak perlu khawatir, stok beras yang dikuasai BULOG saat ini ada sebanyak 750 ribu ton,” kata Febby .
Febby mengakui BULOG juga ditugaskan menambah pasokan dari importasi. Tercatat lemnbaga itu merealisasikan penugasan impor untuk tahun 2023 sebanyak 500ribu ton untuk tahap pertama dan saat ini sedang jalan tahap kedua sebanyak 300ribu ton.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, meminta kepada Pemerintah Daerah untuk terus mewaspadai efek El Nino yang berpotensi mengganggu proses produksi pangan nasional. “Antisipasi harus didorong karena ketersediaan pangan di wilayah menjadi penting,” kata Airlangga, saat Rakernas Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di Nusantara Hall II ICE Bumi Serpong Damai, Kamis 20 Juli 2023.
Airlangga juga mengapresiasi dukungan Pemerintah Daerah dalam menjaga inflasi. Pasalnya, inflasi kembali ke kisaran sasaran 3+1 persen, dan melanjutkan tren penurunan menjadi 3,5 persen (yoy) pada bulan Juni 2023.
“Untuk inflasi, alhamdulillah, terima kasih kepada APKASI. (Inflasi) kita di angka 3,5 persen," katanya.