Viky Sianipar: Musik Tradisonal Terpinggirkan karena Pengemasan yang Kurang Menarik
SinPo.id - Banyaknya suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia melahirkan beragam seni budaya dari masa ke masa, tak terkecuali lagu daerah dan instrumennya. Dalam perjalanannya, produk kultur tersebut menjadi bagian dari identitas bangsa. Namun tantangan muncul tatkala musik dari negara-negara lain menggempur telinga masyarakat Tanah Air.
Menyikapi makin terpinggirkannya musik tradisional Indonesia, Dialog kebudayaan bertajuk “Musik Tradisional: Menolak Sunyi di Tengah Deru Modernisasi” digelar di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat, 14 Juli 2023.
Dialog kebudayaan yang merupakan bagian dari rangkaian Nusantara Academic Writing Awards (NAWA) 2023 tersebut, mengundang sejumlah pembicara termasuk musisi senior Viky Sianipar, Direktur Nusantara Institute Sumanto Al Qurtuby, dan Koordinator Apresiasi dan Literasi Musik, Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Edi Irawan.
Viky Sianipar menilai, mengolah musik tradisional dengan cara yang tepat merupakan suatu tantangan yang perlu diatasi. Sehingga kesan musik tradisional yang ketinggalan zaman tak ada lagi.
“Di dunia musik tradisional menurut saya yang kurang itu pengemasannya, karena kurang dan tidak ada pengarahnya. Akhirnya, pelaku-pelaku instrumen berusaha mengemas dengan pengetahuan yang minim," kata Viky.
Di sisi lain, Edi Irawan mengatakan perlu upaya perlindungan dan pengembangan ekosistem musik tradisional. Pemerintah akan memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada musisi muda Indonesia untuk mengembangkan karya mereka.
“Siapa yang akan mendengarkan karya musik tradisional, jika tidak ada apresiatornya. Jadi yang perlu kita lakukan tidak hanya mengembangkan ‘pengemasan’ musik tradisional, namun membangun minat masyarakat Indonesia akan musik tradisional. Musik adalah bahasa universal dan saya yakin dengan segala kekhasannya, musik tradisional Indonesia dapat meraih panggung internasional," kata Edi.