El Nino Diperkirakan Akan Hambat Produksi Beras Seluruh Asia

Laporan: Galuh Ratnatika
Jumat, 14 Juli 2023 | 13:08 WIB
Ilustrasi (Sinpo.id/Reuters)
Ilustrasi (Sinpo.id/Reuters)

SinPo.id -  El Nino yang datang lebih awal dari biasanya, diperkirakan akan menghambat produksi beras di seluruh Asia, dan memukul ketahanan pangan global di dunia yang masih terhuyung-huyung akibat dampak perang di Ukraina.

Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, El Nino dapat mengubah pola cuaca global, dan perubahan iklim, dengan menciptakan curah hujan yang lebih sedikit. Hal itu tentu menjadi berita buruk bagi petani padi, khususnya di Asia dimana 90 persen beras dunia ditanam dan dimakan.

Seorang analis riset di Institut Riset Kebijakan Pangan Internasional atau (IFPRI), Abdullah Mamun, mengatakan sudah ada lonceng peringatan terkait dampak dari El Nino, yakni kenaikan harga berasa karena kurangnya produksi.

"Harga rata-rata beras 5 persen pada bulan Juni, di Thailand sekitar 16 persen, lebih tinggi dari rata-rata tahun lalu," kata Mamun, dilansir dari VoA, Jumat 14 Juli 2023.

Stok global telah menipis sejak tahun lalu, sebagian besar diakibatkan oleh banjir dahsyat di Pakistan, negara pengekspor beras utama. El Nino tahun juga dapat menambah kesengsaraan lain bagi negara-negara penghasil beras, seperti berkurangnya ketersediaan pupuk akibat perang dan pembatasan ekspor beras beberapa negara.

Bahkan menurut riset, Myanmar, Kamboja, dan Nepal sangat rentan, tetkena dampak dari El Nino. Bahkan baru-baru ini, suhu rata-rata global telah mencapai rekor tertinggi. Hujan muson di India lebih ringan dari biasanya pada akhir Juni.

Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) juga telah meminta para menterinya untuk mengantisipasi musim kemarau panjang. Sementara di Filipina, pihak berwenang mengelola air dengan hati-hati untuk melindungi daerah yang rentan.

Namun, India termasuk yang paling terpukul oleh keputusan pembatasan ekspor beras tahun lalu setelah curah hujan yang turun lebih sedikit dari yang diharapkan dan gelombang panas yang bersejarah menghanguskan gandum, meningkatkan kekhawatiran bahwa harga pangan dalam negeri akan melonjak.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI