Tanpa Inovasi, RRI akan Ditinggal Pendengarnya

Laporan:
Rabu, 24 Januari 2018 | 12:21 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Perkembangan dunia komunikasi yang semakin canggih menjadi tantangan bagi keberadaan radio. Diperlukan inovasi agar keberadaannya tetap menjadi kebutuhan sebagai salah satu sumber informasi yang menarik dan terpercaya.

Hal ini menjadi pertanyaan dari anggota Komisi I Supiadin Aries Saputra dalam rapat kerja antara Komisi I dengan Direksi dan Dewan Pengawas Radio Republik Indonesia (RRI) di Kompleks Parlemen, Selasa (23/1/2018).

“Apakah RRI pernah melakukan survei tentang audience share, berapa banyak pendengar? Karena radio itu cukup penting. Dengan aktivitas lebih banyak di luar rumah, masyarakat bisa mendapat informasi aktual dan faktual lewat radio,” kata Aries melalui keterangan tertulisnya, Rabu (24/1/2018).

Dengan perannya yang penting tersebut, Aries menyarankan perlu digalakan kembali pengenalan radio ke masyarakat, melalui program radio masuk desa.

“Kalau memungkinkan radio kembali menjangkau masyarakat pedesaaan, ini bisa lewat program pembagian radio untuk rakyat. Jika ini tidak dilakukan maka pengaruh radio hanya berpusat di daerah perkotaan saja. Maka radio akan semakin ditinggal, masyarakat akan semakin tertarik kepada televisi,” imbuhnya.

Inovasi juga diperlukan radio, RRI khususnya. Baik dalam program maupun frekuensi dan wilayah siarannya. Hal ini penting agar radio tetap menjadi penting bagi masyarakat.

"Cobalah dipikirkan agar bagaimana radio ini menjadi semakin menarik. Kalau tidak maka radio akan tinggal sejarah bagi masarakat pedesaan. Padahal RRI ini beberapa dekade lalu pernah menjadi raja di hati masyarakat Indonesia,” tuturnya.  

Dalam kesempatan itu, Supiadin juga menyoroti lahan tanah pemancar RRI di Cimanggis, Depok. Dia mengharapkan agar lahan tersebut  tetap difungsikan untuk kepentingan RRI, diantaranya mendirikan museum besar RRI. Sebagaimana diketahui, di lahan tersebut direncanakan oleh akan didirikan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

“Tanah tersebut cukup luas lebih kurang 142 hektar. Semestinya tidak sepenuhnya dibuat lahan UIII tetapi bisa dibagi tiga pihak, hutan kota, RRI dan UIII. Kenapa di lahan itu tidak kita buat juga museum besar RRI, selain museum penyiaran di Surakarta,” pungkasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI