Anis Matta: Revolusi Pendidikan Jadi Agenda Besar Partai Gelora

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 07 Juni 2023 | 11:44 WIB
Anis Matta (Sinpo.id/Anis Matta)
Anis Matta (Sinpo.id/Anis Matta)

SinPo.id -  Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan salah satu agenda besar yang akan dilakukan Partai Gelora apabila diberikan kesempatan untuk memimpin adalah merevolusi total sistem pendidikan di Tanah Air.

"Sistem pendidikan kita ini, tidak akan pernah melahirkan orang-orang yang bisa berpikir kompleks, karena sedari awal unsur-unsur kepribadian kita sebagai manusia itu tidak terpenuhi dengan baik," kata Anis Matta dalam keterangannya, Jakarta, Rabu, 7 Juni 2023.

Salah satunya, soal pelajaran sastra, seni, dan musik yang tidak terlalu didalami masyarakat Indonesia. Padahal, di situ ada pergolakan mendalam mengenai budaya global di era globalisasi saat ini.

Dia mencontohkan negara-negara yang tengah berlomba-lomba memproduksi produk kebudayaannya agar bisa memengaruhi dunia. Beberapa negara yang dimaksud, yakni Amerika, Korea, India, Tiongkok.

"Jadi kalau kita melihat temuan teknologi itu bukan hanya sekedar berpikir kemampuan scientfic orang. Kalau kata Einstein (Albert Einstein) itu imajniasi, yang lebih penting dari science itu sendiri. Itu semua didrive oleh imajinasi, tapi di kita umumnya  kurang imajinatif," ujarnya.

Dia berpendapat tidak banyak pemimpin politik maupun pejabat publik di Indonesia yang punya imajinasi besar terkait hal ini. Sebab, sistem pendidikan di Indonesia tidak memungkinkan untuk para siswa berminajasi.

"Sehingga anda tidak  menemukan orang-orang yang visioner, karena sistem pendidikannya tidak memungkinkan dia berpikir kompleks. Harusnya kita selalu berpikir jauh menerawang dan imajinatif. Tapi kita selalu berpikir hari-hari, dialy dimana yang penting kita hari ini hidup enak," kata dia.

Menurut Anis Matta, sistem pendidikan saat ini perlu dirombak secara total. Dengan begitu, semua orang bisa berpikir kompleks dan memiliki imajinasi.

Selain melakukan revolusi sistem pendidikan, Partai Gelora akan mendorong penggunaan bahasa Indonesia oleh para pemimpin dan pejabat di forum-forum internasional. Padahal, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden China Xi Jinping, dan mantan Presiden Soeharto tidak pernah menggunakan bahasa Inggris tetapi bangga menggunakan bahasanya sendiri, bukan karena tidak bisa berbahasa Inggris.

"Pengguna bahasa Indonesia atau Melayu itu penggunanya mencapai lebih dari 300 juta orang, kenapa kita tidak bangga dengan itu. Harusnya kita mendapatkan hadiah nobel sastra sebagai negara pengguna bahasa Indonesia yang sangat besar. Ini sangat miris," kata dia.

Pengagum sastrawan Chairil Anwar ini juha mengaku kagum dengan karya-karya sastra mereka yang tidak bosan untuk dibaca. Sebab, karya mereka memuat kisah-kisah pergulatan budaya dikelola sedemikian rupa dalam sebuah cerita, sehingga menjadi menarik dan abadi.

"Di kita ini sebenarnya banyak yang kontradiksi, bukan hanya di karya sastra saja, tetapi juga peninggalan budaya seperti Candi Borobudur  yang dibangun sebelum abad 9, bahkan sebelum Renaissance bisa memproduksi satu keajaiban dunia. Tapi setelah itu tidak ada peninggalan lagi, kita mengalami distkontinyu tidak hanya di sastra, produk budaya, tetapi diskontinyu di semua lini," kata Anis Matta.

Anis Matta juga menilai Indonesia sebenarnya sudah memiliki kemampuan teknis di Industri perfilman namun tak ada dukungan dari negara. Pemerintah bahkan tidak memberikan bantuan untuk membesarkan industri perfilman, semua dikelola oleh swasta.

"Ini juga impian kami di Partai Gelora, kita akan membuat 'Cinema City. Ini lebih strategis bagi pemerintah untuk membuat project seperti ini, daripada project lain. Di situ ada industri perfilmannya, teknolginya perbankan, universitas, dan ekonomi kreatifnya dan lain-lain semua terkumpul di situ," kata dia.

Model pembangunan seperti ini, kata dia, akan mengurangi ongkos atau pembengkakan biaya pembangunan proyek-proyek. Sebab, semua difokuskan di tempat tersebut sehingga akan mengakselerasi pertumbuhan dan produktivitas tenaga kerja.

"Tapi itu semua kuncinya juga ada di sistem pendidikan. Kami membayangkan bagaimana pendidikan kesenian itu dapat melahirkan produk kebudayaan, dan menjadi salah satu unggulan utama dari Indonesia seperti halnya Korea. Dengan membungkus keunggulan budaya dengan kemuajuan ekonomi dan kekuatan teknologi, diharapkan Indonesia akan menjadi Superpower baru," tegas dia. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI