CSIS: Mental Juara Timnas U-22 SEA Games 2023 Bisa Diaplikasikan di Bidang Ekonomi

Laporan: Martahan Sohuturon
Minggu, 21 Mei 2023 | 03:49 WIB
Ilustrasi. Ramadhan Sananta melakukan selebrasi usai membobol gawang Thailand di final SEA Games 2023. (SinPo.id/PSSI)
Ilustrasi. Ramadhan Sananta melakukan selebrasi usai membobol gawang Thailand di final SEA Games 2023. (SinPo.id/PSSI)

SinPo.id - Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyatakan mental juara pada Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-22 yang berhasil menyabet medali emas di SEA Games 2023 dapat diaplikasikan di bidang ekonomi.

"Pembentukan mental juara itu, dapat diaplikasikan di seluruh sektor, termasuk sektor ekonomi dan bisnis," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta seperti dikutip Antara pada Sabtu, 20 Mei 2023.

Menurut dia, salah satu sosok yang memberikan motivasi dan menumbuhkan mental juara kepada Timnas Indonesia adalah Ketua Umum PSSI Erick Thohir.

Kata dia, selain membutuhkan proses yang tak sebentar, seringnya bangsa Indonesia berkompetisi juga dapat menjadi salah satu faktor mempercepat pembentukan mental juara.

"Bangsa kita sibuk memproteksi diri sendiri dan menolak kehadiran asing. Selain itu banyak sekali narasi yang membuat terhambatnya mental juara bangsa Indonesia seperti anti impor, anti penguasaan asing dan proteksi produk dalam negeri," jelasnya.

Menurut dia, mental juara bangsa ini tak bisa terbentuk ketika selalu diproteksi. Juara atau tidak lanjut Yose, baru dapat dilihat setelah masuk ke lingkungan yang lebih besar dan dapat berkompetisi.

"Sehingga kunci utama membentuk mental juara di sektor ekonomi adalah tak boleh phobia (cemas) terhadap kehadiran orang atau produk asing," katanya.

Yose memberikan contoh phobia terhadap persaingan yang memberikan dampak kurang baik bagi perekonomian. Integrasi perekonomian Indonesia ke dunia merupakan yang paling rendah di regional ASEAN.

Perdagangan Vietnam dibandingkan dengan penerimaan domestik bruto (PDB) bisa mencapai 200 persen. Ekspor impor mereka 2 kali lebih besar dari perekonomian mereka. Sedangkan di Indonesia hanya 35 persen.

Contoh lain kata dia, adalah perbandingan nilai investasi asing dibandingkan dengan PDB. Data dari CSIS, Indonesia merupakan salah satu yang terendah di regional dengan 1,8 persen.

Padahal Vietnam mencapai 6 persen. Perekonomian Vietnam sudah terbuka dan terintegrasi sejak tahun 90-an. Thailand yang selama 8 tahun bermasalah angkanya masih di atas 2,5 persen.

Hal itu kata dia, mengartikan perekonomian Indonesia tak terintegrasi dalam perekonomian global. Karena bangsa Indonesia ingin memproteksi diri sendiri dan kecenderungan terisolasi dari perekonomian global.

"Bangsa Indonesia tak akan mungkin memiliki mental pemenang seperti yang diinginkan Presiden Jokowi dan Erick jika kita selalu diproteksi. Mental pemenang itu harus diuji dan turun ke lapangan untuk berkompetisi dengan negara lain," jelasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI