BENTROKAN SUDAN

Bentrokan di Sudan, Puluhan Orang Dilaporkan Tewas

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 16 April 2023 | 10:58 WIB
Imbas bentrokan di Sudan (SinPo.id/ Reuters)
Imbas bentrokan di Sudan (SinPo.id/ Reuters)

SinPo.id - Serikat dokter Sudan mengatakan, 25 orang tewas dan 183 orang lainnya menderita luka-luka dalam bentrokan yang hingga kini masih berlangsung antara tentara Sudan dengan pasukan paramiliter. Namun, belum diketahui berapa banyak warga sipil yang menjadi korban.

Bentrokan antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter terjadi di sekitar istana presiden dan Bandara Internasional Khartoum, saat kedua belah pihak sama-sama berusaha untuk menguasai situs simbolis di negara itu.

Guna menghindari meningkatnya jumlah korban, kedutaan besar Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang berada di kota itu, memperingatkan warga untuk tetap tinggal di dalam rumah, setelah dua orang tewas di bandara Khartoum.

Masyarakat diminta untuk tetap berada di rumah saat asap hitam dari tembakan senjata berat menutupi area ibu kota. Sedangkan masyarakat sipil yang terluka mulai berdatangan ke rumah sakit.

"Api dan ledakan ada di mana-mana. Semua berlari dan mencari perlindungan," kata seorang dokter di rumah sakit umum di Omdurman, Amal Mohamed, dilansir dari Sky News, Minggu 16 April 2023.

Akibat bentrokan tersebut, dua maskapai besar milik negara Saudia dan Egyptair Mesir, terpaksa menangguhkan penerbangan masuk dan keluar sampai pemberitahuan lebih lanjut. Pasalnya, sebuah pesawat Saudia yang bersiap lepas landas dari bandara Khartoum diserang selama bentrokan dan terbakat di landasan.

"Khartoum telah menjadi medan pertempuran. Situasinya sangat mengerikan, dan kami tidak tahu kapan akan berakhir," kata seorang advokat hak asasi manusia terkemuka Sudan yang tinggal dekat dengan markas besar militer, Tahani Abass.

Seperti diketahui, ketegangan antara tentara Sudan dan pasukan RSF meningkat setelah angkatan bersenjata Sudan yang dipimpin oleh presiden de facto negara itu sejak kudeta militer pada Oktober 2021, Jenderal Abdel Fattah al Burhan, menolak negosiasi antara kedua belah pihak, sampai RSF paramiliter dibubarkan.

Kepala RSF, Mohamed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti, menyebut Jenderal al Burhan sebagai penjahat, karena pasukannya telah melakukan kudeta.

Pertempuran tersebut dimulai di sebuah pangkalan militer di selatan Khartoum, lantaran kedua belah pihak saling menuduh, hingga akhirnya memicu serangan satu sama lain. Kemudian bentrokan menyebar ke seluruh ibu kota, termasuk di sekitar markas militer, bandara, dan istana presiden.

RSF mengklaim telah merebut bandara Khartoum dan istana presiden serta bandara dan pangkalan udara di Merowe. Namun tentara Sudan menolak klaim tersebut dan menyebutnya sebagai kebohongan, karena menganggap bahwa mereka masih menguasai semua pangkalan dan bandara.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI