OPEC+ Pangkas Produksi Minyak 1,16 Juta Barel per Hari Mulai Mei 2023

Laporan: Galuh Ratnatika
Senin, 03 April 2023 | 08:11 WIB
Ilustrasi. (SinPo.id/Shutterstock)
Ilustrasi. (SinPo.id/Shutterstock)

SinPo.id - Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya OPEC+ sepakat untuk memangkas lagi produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari. Sebuah langkah yang membuat Amerika Serikat (AS) marah, karena akan menyebabkan kenaikan harga.

Angka tersebut tentunya menambah total pemangkasan produksi minyak oleh OPEC+, menjadi 3,66 juta barel per hari. Jumlah yang setara dengan 3,7 persen dari permintaan global. Kesepakatan pemangkasan tersebut, diumumkan setelah menteri OPEC+, yang mencakup Arab Saudi dan Rusia, mengadakan pertemuan virtual.

Dari hasil pertemuan tersebut, negara-negara yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk mempertahankan pemangkasan produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari hingga akhir 2023. Hal itu bertujuan untuk memulihkan harga minyak mentah menuju US$80 per barel.

Menurut kepala perusahaan investasi Pickering Energy Partners, pengurangan tersebut dapat mengangkat harga minyak sebesar US$10 per barel. Pasalnya, harga minyak bulan lalu jatuh ke US$70 per barel.

Produsen utama OPEC Arab Saudi mengatakan akan memangkas produksi sebesar 500 ribu barel per hari. Karena menurut kementerian energi Saudi, pengurangan produksi minyak adalah tindakan pencegahan yang bertujuan untuk mendukung stabilitas pasar minyak.

"OPEC+ mengambil langkah pre-emptive jika ada kemungkinan penurunan permintaan," kata pendiri dan direktur Energy Aspects, Amrita Sen, dilansir dari Reuters, Senin 3 April 2023.

Sebelumnya, pada bulan Oktober lalu, OPEC+ telah menyetujui pengurangan produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari dari November hingga akhir tahun. Langkah yang telah membuat marah Washington karena pasokan berkurang dan mendorong kenaikan harga minyak.

AS berpendapat, dunia saat ini membutuhkan harga yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencegah Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperoleh lebih banyak pendapatan dari kenaikan harga minyak, untuk mendanai perang di Ukraina.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI