Gerak Maju Wujudkan Kesejahteraan Guru

Oleh: Muhamad Ikhwan A.A
Rabu, 29 Maret 2023 | 17:31 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Pixabay.com)
Ilustrasi (SinPo.id/Pixabay.com)

Peran guru melangsungkan proses pembelajaran merupakan pilar utama dalam sistem pendidikan. Guru dengan segala keilmuan dan keterampilan bertugas mengatur bagaimana proses pembelajaran dimulai hingga berlangsung. Guru dengan segala tanggungjawab yang diembannya, membawa masa depan setiap insan-insan sumber daya penerus bangsa kita yang ia ajar.

Betapa besar dan pentingnya tugas guru itu, tak heran banyak kesan yang melekat dalam profesi guru ini. Tak berlebihan jika guru salah satu profesi mulia yang berperan secara langsung dalam pembangunan sumber daya manusia kita. Bahkan dalam konteks tujuan bernegara misalnya, guru sebagai motor penggerak peran negara mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui tangan-tangan terampil guru inilah, pendidikan yang menjadi harapan masa depan negara dan bangsa kita mampu mulai di lakukan. 

Namun kenyataannya di lapangan profesi guru masih banyak timpang dengan kehidupan yang dirasakan. Jargon segala gemilang kemuliaan di dalamnya seolah terbalik jika dibandingkan dengan kehidupanya para sebagian nasib guru yang masih belum beruntung.

Profesi guru masih minim diberi ruang apresiasi yang sepadan dengan pekerjaanya. Paling terlihat tentang kesejahteraan guru yang sekedar ulasan mengenai mirisnya kesejahteraan honorer gajinya terlampau kecil menjadi bahan yang tak lekang untuk di ulik.

Dampak yang diakibatkan pun tak berhenti sampai disitu saja, kenyataan bahwa menjalani profesi sebagai guru yang memiliki banyak kemuliaan malah menjadi jalan sukar menuju kesejahteraan kehidupan menjadi simpul persoalan yang mengepul.

Tak sedikit juga rekam jejak kehidupan guru-guru kita yang menuai atensi publik karena menunjukan potret guru-guru kita jauh dari kemapanan. Kita tentu juga menyadari bersama, bahwa julukan Pahlawan tanpa tanda jasa yang seringkali disematkan terhadap guru ini seakan semakin konkret dan menggambarkan kehidupan guru-guru kita. Peran mulia mereka laksana pahlawan dengan banyak jasa, tapi apa yang mereka dapat tak pernah berhenti menjadikan mereka selalu mengelus dada.

Tren yang muncul pun tak main-main, misalnya dengan kenyataan bahwa pekerjaan menjadi guru bukan pekerjaan yang penuh dengan gemilang apresiasi khususnya dari segi materil, banyak generasi kita yang akhirnya enggan menjadi guru.

Padahal kita juga ketahui bersama, bahwa di tingkat pendidikan tinggi kita ini, fakultas keguruan ini merupakan fakultas yang konsisten tak sedikit jumlahnya, hasil lulusannya pun termasuk yang paling banyak di banding lulusan fakultas lainnya. Ada semacam kontradiksi antara mengeyam pendidikan guru dengan menjadi guru itu sendiri, bahwa mereka yang masuk di fakultas keguruan ini seringkali justru tak beorientasi menjadi tenaga pendidik khususnya guru.

Gerak Maju Bersama

Perhatian mengenai kesejahteraan guru tentu sudah seharusnya menjadi perhatian kita bersama. Perlu ada kemudian semacam rekonstruksi pemikiran sampai kebijakan yang mengurai duduk persoalan bagi guru-guru kita ini.

Profesi guru yang banyak melekat tanggung jawab besar sebagai pilar dalam pembangunan sumber daya insani bangsa dan negara ini perlu betul-betul di apresiasi sepenuhnya. Sudah saatnya guru-guru kita ini bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi, kehidupan yang lebih sejahtera lagi, sudah saatnya cerita tentang mirisnya kehidupan guru-guru kita, yang sekedar kesulitan hidup karena upah yang terlampau kecil perlu kita berhentikan.

Sebab dari yang demikian, dengan mewujudkan kehidupan guru-guru yang lebih sejahtera, guru-guru kita akan semakin fokus dalam melangsungkan tugasnya yang mengisi ruang pembelajaran para peserta didik kita yang merupakan generasi penerus bangsa dan negara kita.

Guru-guru kita akan semakin mampu melakukan pekerjaannya dengan konsentrasi yang utama tanpa harus memikirkan urusan lainnya seperti pendapatan pribadinya yang masih jauh dari kata layak misalnya. Sebab, jika beban berat menjadi guru saja sudah banyak menguras energi dan pikiran insan-insan guru kita, menghadapi kerasnya kehidupan yang serba dituntut oleh kebutuhan materil akan semakin memberatkan kehidupan guru-guru kita.

Tak sampai berhenti sampai di situ, dengan mengkikis persoalan kesejahteraan guru ini, dampak luas akan terciptanya sumber daya manusia kita yang berkualitas dan berkarakter tentu mampu kita dapati. Sebab guru-guru kita akan semakin berkhitmad secara penuh dan menjadi professional dalam menjalankan perannya. Guru tidak akan perlu lagi membagi tenaga maupun pikirannya karena harus melakukan pekerjaan tambahan misalnya hanya demi memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-harinya saja. Guru-guru kita akan semakin terpusat dalam menjalankan amanahnya sebagai suluh yang membangun kecerdasan bangsa dan negara kita dengan menghibahkan waktu sepenuhnya menjadi guru.

Gerak maju semacam ini tentu harus menjadi komitmen yang mengikat semuanya, terutama pemerintah dengan segala instrument yang dimilikinya sebagai peyelenggara negara. Sudah saatnya dimunculkan segala kebijakan, aturan, maupun konsolidasi terobosan yang mengarah pada uraian kesejahteraan guru ini. Jangan sampai kesejahteraan guru hanya menjadi tema yang diangkat di ajang-ajang formalisasi pembahasan anggaran saja, tapi tidak pernah nampak di permukaan. Jangan sampai kesejahteraan guru-guru ini terbatas hanya menjadi barang lelang yang muncul saja dalam obrolan program tanpa mau berkonsentrasi pada tataran yang lebih implementatif. Tak bisa di tawar, bahwa kesejahteraan guru-guru honorer kita ini, adalah alasan utama yang membawa peradaban kehidupan pendidikan kita akan semakin baik lagi.

Konsistensi Hawa Segar

Kesadaran semacam ini juga perlu menjadi kesadaran yang sampai ke semua pihak, misalnya bagi mereka yang hadir dan aktif dalam segmentasi intelektual. Kajian maupun penelitian mengenai pentingnya upaya mewujudkan kesejahteraan guru jangan sampai hanya pada titik menjadi bahan saja, tanpa mau menghasilkan uraian yang komprehensif. Kajian ini secara matang juga harus menjadi rekomendasi demi mengentaskan permasalahan yang disampaikan ke pemangku kebijakan yang ada. Selain itu, bagi lingkungan keluarga, tugas orang tua murid untuk mendidik anak-anak di lingkungan keluarga agar menghadirkan pesera didik yang berakhlak baik, penuh tata krama dan menghormati guru harus maksimal dilakukan. Sebab, dalam persoalan mendidikan anak, ini bukan hanya beban yang diampu oleh guru belaka, tapi juga orang tua. Apalagi kita juga paham, bahwa lingkungan keluarga adalah rute pertama dalam mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan beradab. 

Melihat betapa pentingnya hal yang demikian, langkah nyata yang bisa dilakukan misalnya adalah pemerataan formasi guru di setiap satuan-satuan pendidikan. Pemerintah daerah harus giat mengusulkan komitmen ini dengan mengajukan formasi guru sesuai kebutuhan instansi pendidikan di tingkat daerah ke  pemerintah pusat. Kita tentu perlu menyadari bahwa salah satu yang menjadi muara dalam persoalan pendidikan kita ini adalah keadaan dimana di setiap satuan pendidikan kita, kemerataan sumber daya pendidiknya semacam ada gep satu sama lain. Yang paling baru-baru ini hangat misalnya adalah wacana mengenai penempatan guru ASN PPPK di sekolah swasta menjadi salah satu pilihan pemerataan tenaga pedidik ini. Jangan ada lagi cerita sentimenisme sekolah satu lebih baik dengan sekolah lain karena segi sumber daya pendidiknya. Hal ini agar kultur yang terjalin antar sekolah satu dengan lainnya, antar lembaga pendidikan satu dengan lainnya akan semakin sehat.

Hal lain misalnya, seperti yang senter juga kita lihat yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaam, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), bahwa mengenai guru-guru honorer kita, akselerasi alih status guru-guru honorer kita menjadi ASN PPPK juga menjadi langkah yang harus semakin ditingkatkan. Dengan alih status ini akan semakin banyak guru-guru honorer kita yang memungkinkan mengikuti program-program peningkatan kompetensi dan sertifikasi demi menunjang keberlangsungan pelaksanaan kewajibannya sebagai tenaga pengajar. Kita tentu tak bisa memungkiri bahwa hanya melalui perubahan status guru honorer menjadi guru PPPK inilah guru-guru kita mampu semakin mudah mengakses banyak hal yang tak bisa dilakukan dengan status honorernya.

Selanjutnya, dengan semakin banyak pembukaan lowongan dan kesempatan menjadi guru PPPK ini juga, banyak guru-guru honorer kita akan semakin mudah mendapatkan tunjangannya ketika sudah menjadi PPPK, apalagi megenai hal ini, dukungan program alokasi gaji dan tunjangan guru PPPK telah dipastikan Kementerian Keuangan melalui dana alokasi umum (DAU). Jaminan upah yang yang jauh lebih baik dan memberikan apresiasi kepada guru-guru kita bisa dicapai melalui program semacam ini, walau tidak bisa sekaligus dilakukan paling tidak ini menjadi hawa segar dalam upaya mengikis akar persoalan guru-guru kita. Sebagai warga negara yang baik, tentu ikut serta dalam mensuksesi program-program apapun yang menuju pada kemaslahatan bangsa dan negara menjadi pekerjaan yang bisa dilakukan sesuai peran dan tanggung jawab kita amsing-masing.

Yang paling penting dalam hal ini, baik itu program maupun pembangunan budaya positif mengenai apresiasi dan penguraian terhadap persoalan guru-guru kita ini. Perlu tentu adanya pengawalan agar setiap yang berjalan bisa terus konsisten dan berkelanjutan. Jangan hanya sebagai ajang yang ceremonial yang kadangkala justru malah jauh panggang dari asapnya. Yang kemeriahannya muncul namun tak menumbuhkan sisi esensial yang berdampak secara signifikan belaka. Semoga segala kebaikan dan keberkahan menyertai guru-guru kita semuanya.(*)

*Muhamad Ikhwan A. A, Manajer Program Al Wasath Institute dan Mahasiwa Pasca Sarjana Universitas Jayabaya

 sinpo

Komentar: