SOSOK

Potret Penyair Sapardi Djoko Damono Tampil di Google Doodle

Laporan: Khaerul Anam
Senin, 20 Maret 2023 | 07:22 WIB
google doodel sapardi joko damono /Sinpo.id [tangkapan layar]
google doodel sapardi joko damono /Sinpo.id [tangkapan layar]

SinPo.id -  Penyair legendaris Sapardi Djoko Damono ditampilkan di laman Google doodle. Kehadiran sosoknya itu khusus untuk menghormati hari kelahirannya yang jatuh pada hari ini, Senin 20 Maret 2023.

Sapardi digambarkan mengenakan topi flat cap hitam dan memakai kacamata seperti ciri khasnya. Ia sedang berjalan memegang payung ditengah rintik hujan, sementara  lengan kanannya mendekap sebuah buku.

Ilustrasi potret Sapardi Djoko Damono tersebut akan kita jumpai saat menelusuri mesin pencarian Google hari ini.

*Biografi*

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 20 Maret 1940, saat masih masa Hindia Belanda. Masa mudanya dihabiskan di Surakarta.

Jalur pendidikan Sapardi dari dasar hingga menengah ditempuh di kota kelahirannya, Surakarta. Sapardi lulus SMA pada tahun 1958, dan pada masa ini, ia sudah mulai menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke berbagai majalah.

Kesukaan Sapardi menulis ini kemudian berkembang saat menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris, di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. 

Sapardi sempat menempuh studi di University of Hawaii, Honolulu, dan kemudian ia menempuh program doktor di Fakultas Sastra Univeraitas Indonesia (UI) dan lulus pada tahun.

Sapardi pindah ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison. Sejak 1974, ia mengajar di Fakultas Sastra UI.

Sebelumnya diangkat sebagai guru besar, pada masa tersebut, Sapardi juga menjadi redaktur berbagai macam majalah diantaranya Majalah Horison dan Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia.

Selepas purnatugas sebagai dosen di UI pada tahun 2005, Sapardi masih mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sambil tetap menulis fiksi maupun nonfiksi. Selain itu Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.

Sapardi meninggal dunia pada 19 Juli 2020 pukul 09.17 WIB di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan, Banten, setelah sempat dirawat karena penurunan fungsi organ tubuh.

*Penghargaan*

Sepanjang hidupnya Sapardi Djoko Damono mendapatkan banyak penghargaan. Di antaranya Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983), SEA Write Award (Thailand, 1986), Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990).

Kemudian kalyana Kretya dari Menristek RI (1996), Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003), Akademi Jakarta (Indonesia, 2012), Habibie Award (Indonesia, 2016), dan ASEAN Book Award (2018).

*Karya Sapardi*

"Hujan Bulan Juni” adalah salah satu puisi legendaris yang ditulis Sapardi Djoko Damono. Puisi itu tercipta pada tahun 1989. Selain Hujan Bulan Juni, satu puisi yang paling fenomenal adalah "Aku Ingin".

Kemudian, "Pada Suatu Hari Nanti", "Akulah si Telaga", dan "Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari". Popularitas puisi-puisi ini semakin meningkat setelah dilakukan musikalisasi puisi oleh mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI