TERSANGKA

Laporan: Sinpo
Senin, 23 Januari 2023 | 13:54 WIB
Koran Sin Po 23 Januari 1932 (Moansh University/SinPo.id)
Koran Sin Po 23 Januari 1932 (Moansh University/SinPo.id)

SinPo.id -  Cerita pendek di koran Sin Po 23 januari 1932 menerbitkan judul TERSANGKA. Sebuah kisah diawali dari Artasim seorang pedagang pisang keliling yang punya anak perempuan yang telah menikah dengan seorang juru tulis.

Satoe tjerita pendek.

SOEDA sedari kemaren sore bapa Artasim telah bikin persediahan dan itoe hari di waktoe masi pagi sekali, ia soeda brangkat dari roemahnja sampil pikoel pikoelannja berisi pisang radja-sereh, bebrapa boetir klapa dan saekor ajam boeat „hoerip" iapoenj tjoetjoe pertama, jang sekarang ia poen maoe tengokin dan ini hari ada hari poepoet poesernja.

Anak prampoean dari 'pa Artasim telah menikah sama djoeroetoelis dari goedang padinja toean tanah Tandjoeng-herang jang letaknja terpisah sama perdjalanan bebrapa djam dari roemahnja ’pa Artasim.

Tapi kainginan lekas aken liat sang tjoetjoe dan iapoenja anak prampoean dan doedoek berkoempoel bersama sanak koelawarga membikin ’pa Artasim sebagi djoega dapet tambah tenaga baroe. Iapoenja paras kaliatan bersorot girang dan meloekisken kaberoentoengan.

Istrinja sedari satoe boelan berselang telah tinggal di sana aken menoenggoe sampe sang anak melahirken satoe anak prampoean dengen slamet. Tempo hari iapoenja mantoe ada bilang bahoea ia ada kaoelan, kaloe ada berkah kaslametan di maleman dari hari poepoet poeser anaknja, aken panggil pantoen brikoet tetaboeannja ketjapi dan soeling.

Teringet pada ini semoea, pikoelannja kendati poen tida bisa di bilang enteng, tapi toch ’pa Artasim sebagi djoega sama sekali tida rasaken dan ia bertindak teroes dengen tjepet. Tida lama ia soeda sampe di djalan tjabang. Ia bersangsi sabentar dan kamoedian letaken pikoelannja dan berdiri boeat lepasken tjapenja.

Tatkala itoe di tepi langit sabelah wetan soeda kaliatan sinarnja sang matahari jang moelai kaloear, tapi keadahan di sakiternja masi soenji. Kaloe 'pa Artasim djalan teroes mengikoetin djalan besar, perdjalanannja ada lebih djaoe, kaloe ia djalan ka djalan ketjil jang moesti lintasin satoe oetan, sebab memotong djalan, ada banjak lebih deketan, tjoema lantaran semalem toeroen oedjan besar, tentoelah djalanannja betjek dan litjin.

Tapi lantaran ’pa Artasim ingin lekas sampe di roemah mantoenja, ia tida memikir pandjang dan lantas anibil itoe djalan ketjil. Baroe sadja ia djalan bebrapa poeloe tindak djaoenja, dengen terkedjoet ia menampak barang jang mengkilap di atas roempoet dan koetika ia awasin sakoetika lamanja, njatalah kaloe itoe ada oewang..... ringgitan! Tjepet ia poengoet; kamoedian ia menoleh lagi ka blakangnja, astaga, kombali di sitoe ia liat terletak satoe oewang perakan. Bapa Artasim teroes djalan lagi, tapi belon sebrapa djaoe ia katemoeken bebrapa oewang perakan, tengahan, talenan dan pitjisan jang berarakan di pinggir djalan. Ia itoeng-itoeng ada limabelas roepia lebih dan inilah boeat 'pa Artasim. boekan ada satoe djoemblah jang ketjil.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI