Gus Muhaimin: Tanpa Guru Sistem Pendidikan di Indonesia Tak Jalan
SinPo.id - Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Abdul Muhaimin Iskandar menyoroti krisis guru di dunia pendidikan Indonesia. Ia menyatakan, meski pemerintah menggenjot pembangunan gedung sekolah dengan fasilitas yang lengkap dan kurikulum yang bagus, namun jika tidak ada guru maka pendidikan tidak akan terwujud. Sebaliknya, imbuh Gus Muhaimin, tanpa gedung sekolah dan kurikulum pun selama ada guru yang bagus, berkualitas dan berdedikasi, proses pendidikan akan dapat berlangsung dengan baik.
"Ya karena kita tahu guru yang bagus bisa mengajar di mana saja, di rumah warga, di balai desa, atau bahkan di bawah pohon, tanpa terpaku pada bangunan sekolah. Mereka juga dapat membuat kurikulum sendiri sesuai kebutuhan setempat. Tapi kalau gurunya kurang, ya susah," urai politisi yang akrab disapa Gus Muhaimin, seperti dilansir laman DPR.go.id
Legislator Dapil Jawa Timur VIII lantas mendorong Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengevaluasi permasalahan di sektor pendidikan saat ini, khususnya terkait krisis guru. Gus Muhaimin menilai guru merupakan unsur utama dalam pendidikan.
"Guru itu inti dari pendidikan. Tanpa mereka saya kira sistem pendidikan kita nggak akan jalan. Tentu saya prihatin kita sekarang ini mengalami krisis guru, padahal guru unsur utama dalam pendidikan," kata Gus Muhaimin.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga meminta Kemendikbudristek untuk segera menyusun solusi jangka menengah dan jangka panjang untuk mengatasi krisis tersebut, mengingat penyediaan guru bukan hanya untuk sekolah negeri, tapi juga untuk sekolah swasta.
"Kendali perbaikan tentu saja ada di tangan pemerintah. Misalnya memperbaiki rekrutmen guru PPPK, manajemennya harus diperbaiki lagi. Seleksi guru harus mengedepankan kualitas dan kapasitas mumpuni," ungkapnya
Inisiator Hari Santri Nasional tak lupa menyinggung sistem rekrutmen guru di Pondok Pesantren. Menurutnya pemerintah perlu mencontoh pola rekrutmen guru secara berjenjang di kalangan santri, sehingga kualitas pendidikan di Pesantren tetap terjaga hingga saat ini.
"Coba contoh Pesantren, guru-guru di sana awalnya ya santri biasa, ikut sorogan, ngaji kitab. Tapi seiring proses pendidikan yang panjang, di antara ribuan santri-santri itu kelihatan yang potensial, cerdas, alim. Mereka-mereka itu lalu diamanahi untuk mengajar. Nah ini bisa juga diterapkan di proses seleksi guru nasional. Sarjana pendidikan kita banyak sekali, yang berprestasi juga sangat banyak, tentu bisa diberdayakan tanpa proses seleksi yang rumit," tukas Gus Muhaimin.