Dampak Anak Sering Terpapar Gadget, Sekjen Kemendagri: Alami Kesepian dan Individualistis
SinPo.id - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro mengatakan, perempuan berperan penting dalam membangun ketahanan keluarga. Hal itu disampaikan Suhajar dalam Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-23 Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendagri dan Peringatan Hari Ibu ke-94 di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Pesan Suhajar selaras dengan tema yang diangkat dalam HUT yaitu "Membangun Perempuan Cerdas untuk Memperkuat Ketahanan Keluarga di Era Digital".
"Dharma Wanita ini dia didirikan untuk membantu suaminya, karena itu disebut sebagai kemitraan, tapi kemitraannya adalah menumbuhkan iklim kerja di kantor suami menjadi kondusif karena pengertian istri," terangnya.
Suhajar menjelaskan, kelebihan perempuan yaitu berjalan dengan bimbingan perasaan, sedangkan laki-laki berjalan di bawah pertimbangan akal pikiran. Karena keistimewaan tersebut, perempuan mendapat tugas yang sangat berat yaitu mengasuh anak. Apalagi perempuan juga dijuluki sebagai tiang negara karena dia mendidik generasi yang akan memimpin negara.
"Kalau kita kaitkan dengan ajaran agama, perempuan yang berjalan di bawah bimbingan perasaan dan perasaannya sangat halus tadi maka dia bertugas memelihara anak. Di sinilah peran dan tugas dia membuat ketahanan keluarga. Karena dalam sejumlah keluarga-keluarga yang bertahan menghadapi gelombang lingkungan yang berubah, faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan tadi, apabila seluruh keluarga bertahan maka negara akan bertahan," ungkapnya.
Menurutnya, peran itu terlihat sederhana tetapi sangat berat. Karena itu perlu upaya untuk menjaga keseimbangan. Mengutip Presiden Habibie, Suhajar menyebut kunci sukses terletak pada tiga keseimbangan, yaitu keseimbangan dalam rumah tangga (keluarga), keseimbangan di tempat bekerja, dan keseimbangan di lingkungan sosial.
"Jadi bagaimana kunci menjaga keseimbangan tadi? Maka menjaga keseimbangan dalam hidup berkeluarga ini dengan dua sayap, sayap kanannya sabar, sayap kirinya syukur. Sabar dan syukur, syukuri apa pun yang telah kita dapat, mensyukuri yang ada dan kemudian sabar menghadapi tantangan kehidupan. Karena dengan demikianlah keseimbangan hidup di rumah tangga tadi akan dapat terwujud," terangnya.
Di lain sisi, Suhajar menambahkan, era revolusi industri 4.0 atau revolusi digital berbasis internet yang kini berkembang telah mempengaruhi pola pengasuhan anak. Menurut penelitian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Suhajar menyebut rata-rata anak Indonesia menggunakan gadget mencapai lima jam per hari. Selain itu, 19,3 persen anak Indonesia menderita kecanduan gadget sehingga harus diwaspadai.
"Hari ini penyakit anak-anak pun berbeda dengan penyakit dulu, dengan seringnya dia bersama gadgetnya itu hari ini ada satu persoalan penyakit baru di tengah kita, yaitu persoalan anak-anak mengalami kesepian dan tingkat individualistis meningkat. Karena itu, memang kita perlu memikirkan anak-anak kita itu untuk kegiatan Pramuka, kegiatan seni, dan sebagainya supaya individualistisnya jangan terlalu dominan," jelasnya.
Pasalnya, kata Suhajar, berdasarkan survei budaya individualisme sudah terbukti meningkatkan kesepian dan depresi. Kurangnya interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat menjadi penyakit baru yang harus diatasi bersama. Kondisi ini sekaligus menjadi tantangan baru bagi DWP Kemendagri.
"Peran wanita dalam menentukan baik buruknya peradaban suatu negara terletak pada peran pentingnya mendidik generasi mudanya di rumah, karena kalau nanti di rumah tidak terkelola dengan baik ini juga menjadi masalah besar bagi kita semua," tandasnya.