Gus Muhaimin: Tanam Kedelai di Kawasan Transmigrasi untuk Cegah Impor
SinPo.id - Tingginya harga kedelai membuat pemerintah melalui Perum Bulog melakukan impor kedelai sebanyak 350 ribu ton sebagai upaya menurunkan harga. Hal ini mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, tak terkecuali Wakil Ketua DPR RI bidang Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Korkesra), Abdul Muhaimin Iskandar. Menanggapi kebijakan tersebut, ia mengingatkan pemerintah untuk melakukan gerakan tanam kedelai di wilayah transmigrasi yang pernah digagasnya.
“Dulu saya sudah menginisiasi gerakan tanam kedelai di kawasan transmigrasi. Itu untuk mengembangkan lahan transmigrasi khusus untuk kedelai, potensinya besar dan jelas itu mendukung pemenuhan kebutuhan kedelai nasional. Jadi, daripada impor terus, saya kira orientasinya harus segera diubah. Kita ini tidak kekurangan lahan, tidak kekurangan potensi pertanian, SDM petani kita jempolan, tinggal pemerintah mau apa nggak mengoptimalkannya,” kata Politisi yang akrab disapa Gus Muhaimin, seperti dilansir laman DPR.go.id
Ketua Partai Kebangkitan Bangsa itu berpendapat bahwa impor bukan solusi utama menurunkan harga kedelai. Menurunnya produksi kedelai dalam negeri yang terbatas memiliki pengaruh besar bagi fluktuasi harga bahan pangan tersebut. Sehingga diperlukan langkah nyata untuk menggenjot produksi lokal.
“Kebijakan impor bukan solusi utama ya, kedelai mahal itu karena memang produksi kita belum mencukupi, masih kurang. Jadi ketimbang impor sebaiknya genjot saja produksi dalam negeri, tambah lagi lahannya,” tutur Gus Muhaimin.
Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu menjelaskan bahwa gerakan tanam kedelai di wilayah transmigrasi merupakan komitmennya untuk membantu menambah produksi dan ketersedian tanaman kedelai di Indonesia dengan menyediakan ribuan hektare lahan transmigrasi untuk ditanami kedelai. Ia menjelaskan, potensi ini tentu bisa lebih besar lagi jika mampu dikelola dan didukung dengan baik oleh pemerintah, sebab lahan pengembangan kedelai di kawasan transmigrasi mencapai ratusan ribu hektar.
Meningkatnya harga kedelai di pasaran berbuntut pada kelangkaan dan disertai pula oleh kenaikan produk jadi seperti tahu dan tempe. Kenaikan harga kedelai disinyalir sebagai dampak dari kenaikan harga distribusi akibat naiknya harga BBM dunia. Berbagai pihak memprediksi jika kelangkaan tidak bisa tertangani dengan baik maka bisa berpotensi mengganggu stabilitas bahan pangan lain terutama menjelang Natal dan tahun baru.