Serukan Pembenahan Sepak Bola Indonesia, Djamal Aziz: Ditentukan di KLB

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 07 Desember 2022 | 12:03 WIB
Timnas Indonesia usai mengalahkan Brunei di penyisihan grup Piala AFF U-19 (SinPo.id/Instagram)
Timnas Indonesia usai mengalahkan Brunei di penyisihan grup Piala AFF U-19 (SinPo.id/Instagram)

SinPo.id -  Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai sudah saatnya Indonesia melakukan revolusi sepak bola nasional. Revolusi diperlukan agar mampu menorehkan prestasi di kancah global.

Menurut dia, ada dua aspek penying jika sepak bola Tanah Air ingin tampil di Piala Dunia dan bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Pertama, pemain Indonesia harus bermain di liga utama Eropa, seperti Liga Inggris, Spanyol, dan lainnya.

"Untuk mendukung aspek pertama ini, PSSI bisa mengikuti 'jejak' Jepang atau negara Asia lainnya yang berlaga di Piala Dunia. Jepang berhasil mengalahkan Jerman pada babak kualifikasi Piala Dunia kali ini. Hal itu karena banyak pemain Timnas Jepang yang bermain di liga utama Eropa," kata Qodari melalui video singkat yang viral di media sosial, dikutip Rabu, 7 Desember 2022.

Qodari yang juga bagian dari masyarakat pecinta sepak bola nasional merasa prihatin dengan nasib sepak bola Indonesia yang seolah tidak sebaik di negara-negara Asia lainnya.

“Pemain Indonesia harus merumput di liga top Eropa dan liga top Asia. Profesionalitas dan kualitas permainan liga terbaik dapat meningkatkan kemampuan pemain, mental dan juga pengalaman seperti dilakukan Jepang, Korsel, Iran, dan Australia,” ujar Qodari.

Aspek kedua, kata Qodari, harus melakukan pembenahan liga di Indonesia. Selain bermain di klub top Eropa, liga-liga top Asia bisa menjadi jembatan yang bagus buat pemain Timnas Indonesia untuk meningkatkan kualitas main mereka.

“Jika tidak berkarir di Eropa, minimal memiliki liga lokal yang berkualitas, hingga bisa jadi juara di Asia,” ucapnya.

Qodari menyebut prestasi Saudi Arabia, Jepang, Korsel, Iran hingga Australia di Piala Dunia Qatar bisa menjadi pemecut semangat buat PSSI dalam membenahi sepak bola Indonesia.

“Jadi kalau belajar dari wakil Asia di Piala Dunia Qatar. Kita harus perbaiki turnamen liga dan klub sepak bola yang berkualitas, mengirimkan pemain lokal untuk berkarir di liga top Eropa,” tegas dia.

Sementara itu, merespons gagasan Qodari soal pentingnya melakukan revolusi sepak bola Indonesia, mantan anggota Exco PSSI Djamal Aziz sepakat ada pembenahan di tubuh manajemen federasi sepak bola Indonesia (PSSI).

Pembenahan harus dilakukan menyusul terjadinya tragedi nahas dalam sepak bola Indonesia, yakni petaka Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, yang menewaskan ratusan nyawa. Menurut dia, momentum pembenahan sepak bola di Indonesia dimulai pada Kongres Luar Biasa PSSI pada 16 Februari 2023. 

“Nah kalau pembenahan sudah jelas bahwa Februari itu sudah ada KLB, sekarang PSSI itu kalau mau membuat KLB panitianya itu sudah diminta untuk menyusun sekarang, sudah ada komite pemilihan, dan itu siapa-siapa orang yang diusulkan oleh klub untuk masuk menjadi kandidat ketua, wakil ketua kah atau eksekutif komite,” kata Djamal dihubungi terpisah.

Djamal mengatakan PSSI yang akan menjalankan KLB harus selektif terhadap orang-orang yang diusulkan menjadi kandidat ketua umum PSSI. Khususnya, mengetahui terlebih dulu rekam jejak, apakah si calon pernah terlibat dalam masalah seperti pengaturan skor atau masalah lain. 

“Jadi yang harus dibuat PSSI itu nanti dalam rangka akan melaksanakan KLB betul-betul selektif terhadap setiap kandidat, harus diminta rekam jejaknya, ada fakta integritas dan itu formulirnya sudah disiapkan oleh komite pemilihan,” ujarnya.

Langkah ini, kata Djamal, untuk meminimalisir para calon Ketum PSSI yang pernah bermasalah. Pasalnya, jika orang-orang yang pernah bermasalah di sepak bola Indonesia kembali memimpin PSSI maka dipastikan sepak bola Indonesia akan kembali terpuruk.

"Nanti di komite pemilihan itu selektif, oh ini yang anu dan klub-klub semua tahu mana yang minta duit, mana yang memainkan skor dan sebagainya. Kalau fungsionalis-fungsionalis itu masih maju lagi kasih tahu,” kata dia.

Djamal mengakui kebangkitan sepak bola Indonesia ditentukan pada KLB nanti. Untuk itu, dia berharap pada pemilihan nanti sosok ketua umum terpilih benar-benar orang yang paham sepak bola dan pastinya seluruh staf manajemen tersusun dengan baik.

“Tolok ukur pertama itu di KLB, kalau KLB itu nanti pemilihannya eksekutifnya benar, ketua PSSI-nya benar, wakil ketuanya benar, dan seluruh pengurusnya tersusun dengan baik dan benar, Insya Allah sepak bola Kita maju,” ucapnya.

Terkait dengan tiga negara Asia yang membuat kejutan di Piala Dunia 2022 di Qatar, Djamal memastikan hampir seluruh masyarakat pecinta sepak bola apalagi pemain Timnas Indonesia mendukungan penuh.

Oleh karena itu, kata Djamal, pemerintah harus menjadikan prestasi tiga negara Asia, yakni Saudi Arabia, Jepang, dan Korea Selatan sebagai pemecut semangat buat sepak bola Indonesia.

“Sepak bola ini adalah permainan rakyat, harusnya pemerintah paling tidak ikut mengerti, ini loh Asia ada masuk tiga tim, masa kita enggak bisa? Memang itu tidak dengan serta merta. Ada U-16 kita, mereka kita godok, kita training sampai nanti U-20 siapa yang menurun prestasinya keluar, diganti orang baru yang pada saat itu prestasinya bagus nanti di U-23. Itu baru nanti kelihatan gitu loh,” tegasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI