Ledakan Dahsyat Guncang Kawasan PLTN Zaporizhzhia

Laporan: Galuh Ratnatika
Senin, 21 November 2022 | 07:40 WIB
Kawasan PLTN Zaporizhzhia (SInPo.id/DW)
Kawasan PLTN Zaporizhzhia (SInPo.id/DW)

SinPo.id -  Ledakan dahsyat kembali mengguncang daerah di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, Ukraina. Menurut kepala energi atom perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebut ledakan itu akibat pertempuran yang sangat mengganggu.

"Siapa pun yang berada di balik ledakan ini, harus segera dihentikan. Seperti yang sudah saya katakan berkali-kali sebelumnya, Anda bermain api!," kata direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional, Rafael Mariano Grossi, dilansir dari VoA, Senin 21 November 2022.

Rafael mengimbau Rusia dan Ukraina segera menyetujui penerapan zona keselamatan dan keamanan nuklir di sekitar fasilitas pembangkit itu, meskipun peringatan sebelumnya belum dapat membuat pertempuran di wilayah itu berakhir.

IAEA mengatakan serangan di Zaporizhzhia merusak beberapa bangunan, sistem, dan peralatan, tetapi tidak ada yang mengancam keselamatan dan keamanan nuklir meski belum ada laporan korban jiwa.

Saat musim dingin yang pahit melanda Ukraina, Rusia masih terus menyerang jaringan listrik Ukraina dan infrastruktur utama lainnya dari udara, menyebabkan pemadaman listrik yang meluas bagi jutaan masyarakat Ukraina.

Di wilayah Zaporizhzhia, pasukan Rusia terus menembaki infrastruktur sipil dan menghancurkan 30 rumah. Satu orang terluka, sementara 20 bangunan rusak dalam penembakan di Nikopol, sebuah kota di seberang sungai yang tak jauh dari pabrik Zaporizhzhia.

Kepala Kantor Presiden Ukraina, Andriy Yermak, dalam pidatonya di forum Halifax mengatakan, Rusia bertekad menghancurkan jaringan listrik Ukraina, karena serangan udaranya telah merusak hampir setengah dari sistem energi Ukraina.

"Perhitungannya sederhana: bencana kemanusiaan. Moskow selalu menganggap es dan kegelapan sebagai sekutunya,” kata Yermak.

Ia menuding Rusia menggunakan perampasan kebutuhan dasar hidup sebagai alat perang. “Ia selalu membenci hukum kemanusiaan. Rusia adalah negara teroris," kata Yermak menambahkan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI