Film Hikayat Waroeng Kupi, Cerita Soal Seni dan Budaya Masyarakat Aceh
SinPo.id - Film Hikayat Waroeng Kupi menjadi media mempromosikan seni budaya dan destinasi wisata di Aceh. Film ini menceritakan tentang kesenian dan budaya masyarakat Aceh.
“Salah satu cara mempromosikan tempat pariwisata dan budaya Aceh bisa dengan film. Ini juga sebagai bentuk pemulihan ekonomi kreatif bagi sineas pasca pandemi. Geliat dunia kreatif khusus film tidak terlepas dari intervensi pemerintah,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, dalam keterangannya, di acehprov.
Film tersebut mengandung nilai sejarah serta budaya yang disampaikan melalui dialog serta adegan. Selain itu ada gambaran budaya duduk di warung kopi menjadi daya tarik tersendiri, dan ini bisa mengundang wisatawan.
“Duduk di warung kopi juga menjadi trend bagi para wisatawan. ada wisatawan jauh-jauh ke Aceh ingin menikmati suasa serta cita rasa kopi di warung kopi. apalagi, di film itu ada cerita warung modern sekelas coffee truck,” kata Kabid Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh Evi Mayasari.
Pemeran dalam film Hikayat Waroeng Kupi sebagai Nun, Ambia Adinda menagatakan film ini sangat cocok ditonton oleh milenial khususnya para remaja Aceh. Untuk memahami bagaimana tentang film fiksi, industri kreatif, tentang sejarah, dan peluang-peluang animator di Aceh.
Film Hikayat Waroeng Kupi ini juga diperankan oleh Duta Wisata Indonesia 2021, Salwa Nisrina Authar. Didalam cerita film Hikayat Waroeng Kupi ini, Salwa mengalami masalah penciuman, dia tidak bisa mencium dan merasa. Salwa memiliki sahabat, ada Nun dan Adang. Mereka berdua memiliki kelebihan dibanding Salwa. Nun adalah anak yang cerdas dan sangat peka terhadap rasa kopi, sedangkan Adang memiliki bakat dalam menyaring kopi. Ketiganya bercerita tentang ragam jenis kopi dari berbagai destinasi wisata yang ada di Aceh. Penyelenggara kegiatan, Abdul Razak mengatakan, kegiatan tersebut bukan hanya sekedar nonton film tetapi juga ada rangkaian kegiatan lainnya.
“Selain pemutaran film, kita juga mengadakan workshop dan diskusi bersama para sineas serta talent (pemain film). Kita juga akan berkolaborasi untuk mempromosikan produk lokal yang dikaryakan oleh UMKM. Pemuda kreatif harus selalu berinovasi dan berkolaborasi,” ujar Razak.
Adapun tema yang diangkat dalam workshop adalah ‘Peran Industri Kreatif dalam Meningkatkan Ekonomi Pemuda’. Penyelenggara berharap anak-anak muda bisa lebih terbuka wawasannya di industri kreatif. Bukan saja film, tapi juga sektor kreatif lainnya masih membuka peluang.
“Nantinya, kita juga akan menampilkan Film animasi Sultan Iskandar Muda untuk menyadarkan masyarakat bahwa anak-anak Aceh juga mampu memproduksi film animasi,” tambahnya.
Acara ini juga diinisiasi untuk mempromosikan budaya dan pariwisata masyarakat Aceh sekaligus mempromosikan destinasi wisata melalui film yang ditayangkan. Kemudian mengenai literasi sejarah terkait latarbelakang Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). Kegiatan tersebut juga melibatkan pelaku UMKM, seperti Ija Kroeng, Minyeuk Pret, dan beberapa lainnya. Panitia juga menyediakan tiket on the spot secara gratis bagi siapapun yang ingin berhadir.
Nantinya, akan ada puluhan doorprize yang diberikan oleh panitia kepada peserta yang beruntung.