Komunitas Tionghoa Solid, Terbukti Sejumlah TPS Ahok Menang
JAKARTA, sinpo.id - Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai salah satu fenomena dalam Pilkada DKI Jakarta adalah tingkat partisipasi masyarakat yang luar biasa, yakni hingga mencapai 78 persen suara.
Hal itu, menurut Adi, disebabkan oleh mobilitas yang dilakukan oleh tim sukses (timses) ataupun tim pemenangan (timnang) masing-masing calon berjalan sangat efektif. "Di semua level kelas dan strata sosial, agama dan etnis, tingkat partipasinya juga meningkat tajam. Misalnya antusiasme pemilih Tionghoa yang massif di sejumlah wilayah seperti Jakarta Barat dan Jakarta Utara,"
ungkapnya kepada sinpo.id saat dihubungi, Jakarta, Jum'at (17/02/2017).
Menurut Adi, biasanya mereka ini tak terlalu aware (peduli) terhadap persoalan politik. Tapi, pilkada kali ini partisipasi mereka terbilang massif. "Fenomena ini merupakan sesuatu hal yang wajar dalam demokrasi kita, di mana pemimpin dipilih karena ada rasa kesamaan etnis tertentu," ujarnya.
Adi menjelaskan, salah satu alasan yang bisa dikemukan kenapa pemilih dari kalangan Tionghoa ini meningkat tajam adalah disebabkan oleh sosok Gubernur DKI Jakarta Petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang ikut berkompetisi.
"Ahok menjadi magnet elektoral terhadap partisipasi mereka (etnis Tionghoa) di pilkada kali ini," ucap dia lagi.
Bahkan, lanjut Adi, jauh-jauh hari sebelum hari pemilihan, banyak lembaga survei yang merilis tingkat soliditas etnis Tionghoa terhadap Ahok. "Itu pun terbukti setelah hari pencoblosan, di TPS-TPS komunitas Tionghoa, Ahok menang telak. Ini menunjukkan mereka cukup solid," kata Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UIN Jakarta itu.
Selain itu, Adi menambahkan dalam banyak simulasi survei juga disebutkan bahwa pilihan etnis Tionghoa tidak akan pernah berubah meski Ahok diguncang badai isu apapu secara bertubi-tubi. Badai isu itu tidak akan pernah meluruhkan soliditas etnis Tionghoa kepada Ahok. "Dalam studi perilaku pemilih, etnis dan agama menjadi basis solidaritas yang cukup kuat untuk memilih calon. Perasaan dekat karena alasan etnis dan agama ini menjadi insentif dalam politik elektoral kita saat ini. Dalam politik, tak ada yang salah dari ini semua," ungkapnya. (den/cay)

