Mengenang 7 Pahlawan Revolusi Korban Peristiwa G30S/PKI

Laporan: Khaerul Anam
Jumat, 30 September 2022 | 14:54 WIB
Monumen Pancasila Sakti/Surya Kepri
Monumen Pancasila Sakti/Surya Kepri

SinPo.id - Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI menjadi peristiwa berdarah yang sulit dilupakan dan menjadi bagian perjalanan sejarah bangsa Indonesia. 

Seperti namanya, peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 30 September 1965 dan berlangsung selama dua hari sampai 1 Oktober 1965. Tak jarang, beberapa orang menyebutnya dengan peristiwa Gerakan satu Oktober atau Gestok.

Latar belakang terjadinya peristiwa G30S/PKI masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Namun yang jelas, tragedi itu menjadi tonggak awal penyebab penumpasan para anggota hingga simpatisan PKI yang berada di Indonesia.

Tragedi ini juga telah menewaskan setidaknya enam jenderal dan satu letnan TNI AD. Tidak hanya dibunu, jenazah para perwira tersebut juga dimasukkan ke dalam satu lubang yang disebut sebagai lubang buaya.

Pemerintah Indonesia kemudian memberikan gelar terhadap tujuh perwira militer yang gugur itu dengan sebutan pahlawan revolusi. Kemudian sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar Pahlawan Revolusi ini diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Berikut daftar tujuh pahlawan revolusi yang menjadi korban dalam peristiwa G30S/PKI.

1. Jenderal Ahmad Yani

Ahmad Yani lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922. Karier militernya dimulai dengan mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Ahmad Yani kemudian diangkat menjadi komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto. Ia terlibat dalam beberapa operasi penting pasca-Indonesia merdeka.

Sebut saja pemberontakan PKI di Madiun 1948, penumpasan DI/TII di Jawa Tengah dan juga pemberontakan PRRI.

2. Letjen Raden Suprapto

Letjen Raden Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920 silam. Ia pernah mengenyam pendidikan militer di Akademi Militer Kerajaan di Bandung.

Pada awal kemerdekaan, Suprapto turut aktif dalam perebutan senjata Jepang dan menjadi ajudan dari Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Letjen Suprapto pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf AD di Sumatra, Kepala Staf Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang, dan pernah menjabat sebagai Deputi II Menteri/Panglima Angkatan Darat.

3. Letjen S. Parman

Siswondo Parman atau S. Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918 silam. Setelah Indonesia merdeka, S. Parman lantas turut bergabung TKR yang menjadi cikal-bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dalam menimba ilmu kemiliteran, S. Parman pernah dikirim untuk mengikuti Sekolah Militer di Amerika Serikat pada 1951. Ia juga pernah dikirim ke Inggris sebagai perwakilan Kedutaan Indonesia di sana.

4. Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono

Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal dengan nama M.T Haryono merupakan pahlawan revolusi kelahiran Surabaya, Jawa Timur, pada 20 Januari 1924.

Sebelum bergabung dengan kemiliteran, M.T Haryono pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Kedokteran atau Ika Dai Gaku di Jakarta.

Berkat kelihaiannya dalam menguasai bahasa asing, ia kerap mengikuti perundingan yang diadakan Indonesia dengan pihak Belanda maupun Inggris.

5. Mayjen Donald Isaac Pandjaitan

Mayjen Donald Isaac Pandjaitan atau D.I Pandjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli, Sumatra Utara. D.I Pandjaitan juga menjadi salah satu sosok yang membentuk TKR dan diangkat menjadi Komandan Batalyon.

Sederet posisi penting pernah diembannya. Seperti Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, Kepala Staf Umum IV Komandan Tentara Sumatera, dan pernah ditugaskan sebagai atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat.

6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo

Ia lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada 28 Agustus 1922. Seperti para pendahulunya, setelah kemerdekaan Indonesia, Sutoyo bergabung dengan TKR pada bagian kepolisian dan menjadi anggota Corps Polisi Militer pada saat itu.

Selain menjabat sebagai Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo, Sutoyo juga pernah menjadi ajudan dari Kolonel Gatot Subroto.

7. Kapten Pierre Tendean

Pahlawan revolusi yang terakhir adalah Kapten Pierre Tendean. Pierre Tendean lahir di Jakarta, 21 Februari 1939. Setelah lulus dari Akademi Militer pada 1962, ia lantas mendapatkan mandat untuk menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan.

Peristiwa kelam G30S PKI yang turut menyeretnya terjadi pada saat ia menjadi ajudan Jenderal Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI