Kurangnya Dukungan Internasional, Palestina Hadapi Krisis Terburuk
SinPo.id - Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), menyatakan bahwa Palestina saat ini tengah menghadapi krisis terburuk dalam sejarah negara mereka.
UNCTAD melaporkan, ekonomi Palestina masih terguncang karena dampak dari Covid-19 dan kurangnya dukungan internasional. Sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan melonjak.
Ekonom UNCTAD mengenai bantuan kepada rakyat Palestina, Mutasim Elagraa mengatakan, ekonomi Palestina terlalu lemah untuk menghasilkan pekerjaan.
"Jadi, banyak orang Palestina terpaksa mencari pekerjaan di Israel, namun ketergantungan mendalam orang Palestina pada sumber pekerjaan dan pendapatan itu berbahaya," kata Elagraa, dilansir dari VoA, Rabu 15 September 2022.
Pemerintah Palestina sendiri tidak dapat secara efektif menangani guncangan ekonomi akibat Covid-19, akibatnya, dalam beberapa tahun terakhir, Palestina berada dalam cengkeraman krisis fiskal yang serius.
“Ini bisa dilihat dari kesenjangan pembiayaan yang besar, penurunan tajam bantuan luar negeri, penumpukan utang, serta habisnya sumber pinjaman dalam negeri yang aman,” papar Elagraa.
Karena seperti diketahui, PDB Palestina pada tahun 2021 tetap 5,1 persen di bawah tingkat pra-pandemi, dan pengangguran tetap tinggi pada 26 persen.
Selain itu, data juga menunjukkan 36 persen rakyat Palestina hidup di bawah garis kemiskinan, sementara kerawanan pangan meningkat menjadi 23 persen di Tepi Barat dan 53 persen di Gaza.
Oleh sebab itu, UNCTAD menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan dukungan keuangan kepada rakyat Palestina.
Pasalnya, laporan mencatat bahwa bantuan internasional untuk rakyat Palestina telah menurun dari $2 miliar pada 2008 menjadi $317 juta pada 2021.

