Kenaikan Harga Energi Picu Kerusuhan di Eropa

Laporan: Bayu Primanda
Jumat, 02 September 2022 | 08:33 WIB
Gelombang protes warga sipil di Eropa/AFP
Gelombang protes warga sipil di Eropa/AFP

SinPo.id -  Negara-negara terkaya di Eropa menghadapi peningkatan risiko kerusuhan sipil selama musim dingin, termasuk protes jalanan dan demonstrasi, karena harga-harga energi yang tinggi dan meningkatnya biaya hidup.

"Jerman dan Norwegia adalah beberapa negara maju yang mengalami gangguan tersebut karena perlawanan kaum buruh sebagaimana yang terjadi di Inggris," kata analis utama Verisk Maplecroft, Torbjorn Soltvedt dilansir dari Reuters, Jumat, 2 September 2022.

Laporan terbaru Verisk tentang indeks kerusuhan sipil menemukan lebih dari 50 persen dari hampir 200 negara yang dicakup mengalami peningkatan risiko mobilisasi massa antara kuartal kedua dan ketiga 2022, jumlah terbesar negara sejak perusahaan merilis indeks pada 2016.

Daftar negara dengan proyeksi peningkatan risiko terbesar termasuk Bosnia dan Herzegovina, Swiss dan Belanda.

Perang Rusia di Ukraina sejak 24 Februari telah mempercepat kenaikan harga-harga pangan, yang mencapai rekor sepanjang masa pada Februari dan lagi pada Maret.

Harga-harga energi juga naik tajam dengan Eropa menemukan dirinya di pusat kejatuhan. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi militer khusus.

"Dan kami masih memiliki beberapa dampak dari pandemi COVID yang berperan dalam hal ini, dengan gangguan rantai pasokan yang ada," tambah kepala analis Jimena Blanco.

Kekeringan yang menghancurkan dan tingkat air yang rendah terkait dengan perubahan iklim di banyak bagian dunia telah memperburuk harga pangan dan energi yang tinggi.

Dari gerakan damai hingga protes kekerasan, kenaikan harga makanan pokok juga menjelaskan peningkatan ketidakpuasan sosial yang mencakup pasar negara maju dan berkembang, menurut laporan tersebut.

Mauritius, Siprus dan Ukraina telah mengalami peningkatan terbesar dalam kerusuhan sosial di kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua, dengan Rusia di tempat ketujuh dan Norwegia di tempat ketiga belas dari daftar.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI