Mayoritas Organisasi di Indonesia Masih Tertinggal dalam Ketangkasan Digital

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 05 Agustus 2022 | 21:50 WIB
Kantor Workday (Ist)
Kantor Workday (Ist)

SinPo.id - Workday, perusahaan global terkemuka yang menyediakan aplikasi cloud di bidang manajemen dan sumber daya manusia menemukan bahwa 9 dari 10 atau 88 persen organisasi di Indonesia masih tertinggal dalam ketangkasan digital (digital agility). Organisasi-organisasi tersebut masih berada pada tahap lambat ataupun taktis dalam tingkat kematangan ketangkasan digital.

Bekerja sama dengan International Data Corporation (IDC), Workday menyoroti sejauh mana organisasi-organisasi di  Asia Pasifik (APAC) telah berkembang dalam hal ketangkasan digital sejak pandemi COVID-19. Studi ini menemukan bahwa Indonesia, kendati hanya 1 dari 10 organisasi yang sudah berada di tahap ketangkasan digital yang maju, peningkatan adopsi teknologi selama pandemi membantu Indonesia untuk naik peringkat dalam Indeks Ketangkasan Digital tahun ini dibandingkan dengan tahun 2020. Indonesia naik ke posisi delapan, menyalip Thailand yang menempati peringkat sembilan karena adopsi teknologi yang sedikit lebih rendah.

President for Asia, Workday, Sandeep Sharma mengatakan, organisasi di Australia mencapai kemajuan terbesar dalam upaya transformasi digital dan menempati peringkat pertama tahun ini, diikuti oleh Singapura, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Hong Kong. Taiwan, negara yang baru diikutsertakan dalam penelitian kali ini, menempati peringkat keenam, diikuti oleh Malaysia.

Dari perspektif regional, hanya 38 persen organisasi di Asia Pasifik yang sudah maju dalam hal ketangkasan digital. Namun, secara keseluruhan terdapat kemajuan karena angka ini meningkat 18 poin persen jika dibandingkan dengan tahun 2020.

Studi ini menemukan bahwa 49 persen dari semua bisnis di Indonesia mengelola inisiatif transformasi digital mereka di tingkat fungsional. Hal ini menunjukkan adanya peluang bagi organisasi di Indonesia untuk lebih mengintegrasikan alat dan proses digital di tingkat perusahaan untuk mendapatkan pandangan yang holistik tentang sumber daya perusahaan, mendapatkan insight berbasis data, serta mewujudkan ketangkasan digital yang lebih baik. 

"Hampir 8 dari 10 praktisi di bidang personalia di Indonesia menemukan tantangan besar dalam mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan bisnis yang terus berkembang. Selain itu, 90 persen praktisi personalia di Indonesia saat ini mengelola pengembangan keterampilan untuk tenaga kerja mereka dengan berfokus secara eksklusif pada keterampilan inti untuk fungsi pekerjaan masing-masing," kata Sandeep dalam keterangan tertulisnya, Jumat 5 Agustus 2022.

Dalam era baru yang dipimpin oleh ekonomi yang serba digital, kata Sandeep, memanfaatkan ketangkasan digital dapat menawarkan keunggulan kompetitif. Namun, hal ini hanya mungkin terjadi jika organisasi memikirkan kembali pendekatan mereka dalam menutup kesenjangan ketangkasan digital melalui teknologi dan penyelarasan kebutuhan fungsional bisnis di seluruh C-Suite.

Untuk hasil bisnis yang positif, organisasi tidak hanya harus mempercepat transformasi digital mereka untuk mempersempit kesenjangan ketangkasan, tetapi juga memiliki pendekatan terpadu sebagai suatu keharusan strategis. Hal ini membutuhkan CFO, CHRO, dan CIO untuk berkolaborasi dan mengerjakan inisiatif-inisiatif transformasi digital lintas fungsi mereka, mengintegrasikan manajemen talenta secara digital, serta proses SDM dan manajemen keuangan.


“Meskipun ada kemajuan besar dengan semakin banyak organisasi yang membuat lompatan untuk menjadi agility leaders, fakta bahwa mayoritas organisasi di Asia Pasifik masih tertinggal menciptakan peluang untuk membantu organisasi-organisasi tersebut berakselerasi secara digital,” katanya.

Sementara itu, Associate Research Director of Digital Transformation, Lawrence Cheok mengatakan, disrupsi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 memaksa banyak organisasi untuk mempercepat transformasi digital mereka. Oleh karena itu, tidak mengherankan menyaksikan peningkatan adopsi teknologi yang mendorong peningkatan ketangkasan,” ujar Lawrence.

“Namun, ketangkasan digital yang sesungguhnya adalah tentang memanfaatkan perubahan untuk berkembang. Untuk melakukannya, organisasi perlu meniru para agility leaders dan membuat lompatan dari transformasi taktis ke strategis dalam keseluruhan perusahaan, baik dalam hal budaya perusahaan, karyawan, proses, dan implementasi teknologi mereka," ucapnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI