Inflasi Meningkat, BI Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan
SinPo.id - Bank Indonesia (BI) membuka peluang bakal menaikkan suku bunga acuan akibat angka inflasi yang terus meningkat. Saat ini, angka inflasi tahunan nasional telah di atas 4,5%, dari target inflasi tahun ini sebesar 3% +-1.
"Ada potensi kenaikan inflasi dari sisi demand. Makanya kemungkinan kami mau tidak mau akan menaikkan suku bunga," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo pada acara Policy Dialogue dengan tema Kebijakan Bank Indonesia Merespon Tantangan Global: Urgensi Digitalisasi untuk Mendorong Pemulihan Ekonomi di Ruang Bale Pasundan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Senin, 25 Juli 2022.
Namun, Dody belum bisa memastikan besaran kenaikan suku bunga yang akan dikoreksi Bank Indonesia menyikapi potensi inflasi yang terus naik. Saat ini, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%. Sedangkan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25% per 23 Jun 2022.
Terkait kapan BI akan melakukan koreksi suku bunga, Dody mengatakan, hal itu akan disesuaikan dengan kondisi dan pergerakan ekonomi yang terjadi dalam beberapa waktu ke depan. "Naiknya, kapan? tinggal kami cari momennya kapan," katanya.
Saat ini, diakui Dody, angka inflasi nasional terus mengalami kenaikan, akibat pengaruh global. Terlebih, sudah ada lebih dari 40 negara melakukan penghentian ekspor pangan. Sementara tekanan kenaikan harga energi juga terua terjadi.
"Inflasi terus naik, tahun ini kemungkinan bisa antara 4,5 sampai 4,6%. Ini memang akan mempengaruhi saya beli masyarakat. Tapi harapan kami tidak akan berpengaruh terhadap korporasi, " tukas Dody.
Dia menyarankan, di tengah tekanan inflasi yang terus naik, dia berharap Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bisa bekerja lebih maksimal untuk mengendalikan inflasi daerah. Termasuk melakukan komunikasi dengan sejumlah stakeholder yang berhubungan dengan produk yang berpotensi mendorong inflasi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BI Jabar Herawanto mengatakan, ada enam rekomendasi kebijakan yang dapat dan disinergikan bersama. Utamanya dengan pemerintah daerah dalam upaya untuk terus mengoptimalkan momentum pemulihan ekonomi sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi Jawa Barat tahun 2022.
Pertama, langkah koordinatif dalam merespon potensi stagflasi dunia dan tekanan inflasi yang tinggi. Kedua, menjaga perbaikan kinerja ekspor dan investasi Jawa Barat di tengah tekanan global, terutama pada investasi di sektor ketahanan pangan dan fishery. Ketiga, memanfaatkan potensi Jawa Barat untuk berkembangnya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.
"Kemudian mempercepat realisasi fiskal pemerintah daerah. Peningkatan kapasitas pekerja untuk memenuhi kebutuhan pasar dan peningkatan inklusi dan literasi digital melalui pemanfaatan teknologi," tutur Herawanto.

