Anthony Budiawan: Kondisi Ekonomi Indonesia Tak Jauh Berbeda dengan Sri Lanka

Laporan: Galuh Ratnatika
Senin, 11 Juli 2022 | 16:22 WIB
Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan
Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan

SinPo.id - Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengatakan, fundamental ekonomi Sri Lanka sudah lama kurang baik, dikarenakan transaksi berjalan mengalami defisit berkepanjangan. 

Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan perekonomian Indonesia yang juga tidak baik. Neraca transaksi berjalan mengalami defisit terus-menerus sejak triwulan 2011 hingga 2019.

"Di Sri Lanka ekonomi hanya bertahan dan berfungsi dengan mengandalkan utang luar negeri dan penanaman modal asing, sebagai kompensasi atas defisit transaksi berjalan," jelas Anthony kepada SinPo.id, Senin (11/7/2022).

Hal itu dipicu adanya pandemi dan inflasi global, yang membuat ekonomi terguncang, mengakibatkan utang dan penanaman modal terhenti, bahkan terjadi aliran dolar keluar. Sehingga memicu krisis cadangan devisa, yang mengakibatkan ekonomi terpuruk.

"Tetapi, ekonomi Indonesia diselamatkan oleh kenaikan harga komoditas, membuat defisit transaksi berjalan mengecil bahkan surplus," kata Anthony

Meski demikian, cadangan devisa tetap mendapat tekanan dan berkurang, membuat kurs rupiah juga tertekan hingga mencapai Rp 15.000 per dolar AS. Cadangan devisa sudah berkurang sekitar 12 miliar dolar AS sejak September 2021, dan terus berkurang dalam empat bulan terakhir. 

"Melihat perkembangan ekonomi dunia saat ini, aliran dolar ke luar negeri masih akan terus terjadi, kecuali Bank Indonesia menaikkan suku bunga, cadangan devisa masih akan tertekan, dan kurs rupiah masih bisa terdepresiasi lebih dalam. Kalau penarikan utang semakin besar, krisis valuta dan devisa sulit dihindarkan lagi," pungkasnya.

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI